1.
Konsep-Konsep
Ki hajar Dewantoro
Salah satu
konsep budaya Ki Hajar Dewantoro dikenal dengan ”Konsep Trisakti Jiwa”
yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa. Maksudnya, untuk
melaksanakan segala sesuatu maka harus ada kombinasi yang sinergis antara hasil
olah pikir (cipta), hasil olah rasa (rasa), serta motivasi yang kuat di dalam
dirinya (karsa). Jika dalam melaksanakan segala sesuatu itu hanya mengandalkan
salah satu diantaranya saja maka kemungkinan besar jauh dari suatu
keberhasilan. Keseimbangan ketiga hal ini sangat menentukan keberhasilan dari
sebuah tujuan pendidikan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan ialah usaha
kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga
anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka
memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Sedang yang
dimaksud adab kemanusiaan adalah tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh
manusia yang berkembang selama hidupnya. Artinya dalam upaya mencapai
kepribadian seseorang atau karakter seseorang, maka adab kemanusiaan adalah
tingkat yang tertinggi.
Dari definisi pendidikan tersebut terdapat dua kalimat kunci
yaitu, “tumbuhnya jiwa raga anak‟ dan “kemajuan anak lahir batin‟. Dari dua kalimat
kunci tersebut dapat dimaknai bahwa manusia bereksistensi ragawi dan rohani
atau berwujud raga dan jiwa. Adapun pengertian jiwa dalam budaya bangsa
meliputi “ngerti, ngrasa,lan nglakoni” (cipta, rasa, dan karsa). Kalau
digunakan dalam istilah psikologi, ada kesesuaiannya dengan aspek atau domain
kognitif, domain emosi, dan domain psikomotorik atau konatif.
Dari konsepsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ki
Hadjar Dewantara ingin; a) menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan, b)
memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat
dinamis, dan c) mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa dalam
diri anak.
Dengan demikian pendidikan yang dimaksud oleh Ki
Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya
sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge,
tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation
of value).
Manusia
memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak
(karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan
kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir
yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca
inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia
menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga
berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.
Konsep Bloom
Mengacu pada
Taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:
1.
Cognitive
Domain (Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.
Affective
Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.
Psychomotor
Domain (Ranah Psikomotor) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari dua
konsep di atas maka dalam dunia pendidikan modern saat ini, meskipun berbeda
secara substansial, konsep trisakti jiwa bisa diselaraskan dengan upaya
memfasilitasi seluruh potensi anak didik dalam perkembangan belajarnya yang
meliputi : aspek kognitif (pengetahuan/pemahaman), aspek afektif
(sikap atau minat), dan sikap psikomotorik (keterampilan).
ini sumbernya dari mana yaa? atau daftar pustakanya?
ReplyDelete