A.
Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam mencapai suatu tujuan maka
digunakan metode yang tepat, agar sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Metode adalah: seperangkat acara, jalan dan teknik
yang harus dimiliki dan dipergunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan
memberikan pendidikan serta pengajaran kepada peserta didik agar dapat mencapai
tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah dicantumkan.[1]
Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak-anak agar berhasil dengan baik
diperlukan metode yang tepat dan sesuai, karena metode mengajar merupakan salah
satu faktor yang ikut menentukan tercapainya suatu tujuan pendidikan.
Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan metode pendidikan agama Islam antara lain:
a.
Mengingat
dalam penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan materi dan
perkembangan anak didik, sehingga dengan penggunaan metode yang tepat, siswa
akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
b.
Guru
hendaknya benar-benar memahami dan mengerti tentang berbagai metode mengajar
serta cara menggunakannya. Seorang guru yang merasa sesuai dengan metode
tertentu, belum tentu cocok dengan guru yang lain. Hal ini tergantung atau
dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing guru tersebut.
c.
Tiap-tiap
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka diharapkan guru dapat memilih
metode yang sesuai dengan materi yang disajikan.
d.
Dalam
menyampaikan materi, hendaknya tidak memisahkan metode yang satu dengan metode
yang lain, tetapi sedapat mungkin untuk dikombinasikan agar dapat saling
melengkapi kekurangan dari metode-metode yang ada
e.
Dalam
pemakaian suatu metode perlu diperhatikan perkembangan dunia pendidikan dan
pengajaran, karena metode tersebut tidak dapat dipakai seterusnya, tetapi
berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan tentunya masyarakat sebagaimana
telah dikatakan Zuhairini, yaitu: “penerapan metode tidak berlaku secara
dinamis, untuk bisa menyesuaikan perkembangan dan dinamika itu, maka metode
harus disertai oleh penelitian dan evaluasi yang dilakukan secara kontinue,
dengan demikian perbaikan dan revisi dari masa ke masa tidak mungkin diabaikan.[2]
Dari uraian di atas, dapat dipahami
bahwa penggunaan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar sangat penting
dan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang
diharapkan. Dalam hal ini Abu Ahmadi menyatakan dasar-dasar dalam pemilihan
metode pengajaran agama Islam, yaitu:
1)
Sesuai
dengan tujuan pengajaran agama Islam
2)
Sesuai
dengan jenis-jenis kegiatan yang tercakup dalam pengajaran agama Islam
3)
Menarik
perhatian siswa
4)
Maksudnya
harus dipahami siswa
5)
Sesuai
dengan kecakapan guru.[3]
Dengan memperhatikan betapa pentingnya
pengaruh metode mengajar dalam proses belajar mengajar, maka hendaknya para
guru harus menguasainya secara terampil dalam menggunakannya.
Metode pembelajaran adalah cara-cara
atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat
menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus
mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai
metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai
dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada
tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan
oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Metode
yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar
siswa.
2.
Metode
yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
3.
Metode
yang digunakan harus dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4.
Metode
yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
5.
Metode
yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6.
Metode
yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari.[4]
2.
Kedudukan
Metode Dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang
melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru
tinggalkan adalah bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Dan analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode
sebagai alat motivasi extrinsic, sebagai strategi pengajaran dan sebagai
alat untuk mencapai tujuan.
3.
Macam-Macam
Metode Pembelajaran
Permasalahan yang seringkali
dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana
cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang
efektif dan efisien. Di samping
itu juga sering didapati kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi
penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik.
Pemakaian metode harus
sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi
lingkungan (setting) di mana pengajaran berlangsung. Bila ditinjau
secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa
faktor yang berpengaruh, antara lain; tujuan, karakteristik siswa, situasi dan
kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.
Secara garis besar metode mengajar dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yakni :
a.
Metode mengajar konvensional, dan
b.
Metode mengajar inkonvensional.
Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim
dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional. Sedangkan metode
mengajar inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan
belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran
unit, machine program, masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan
diterapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang
lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.[5]
Sedangkan metode-metode konvensional yang lazim dipakai
oleh guru, antara lain :
1.
Metode ceramah
Sudah sejak lama ceramah digunakan oleh
para guru dengan alasan keterbatasan waktu dan buku teks. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan
menganggap metode ceramah sebagai metode belajar-mengajar yang mudah digunakan.
Kecenderungan ini bertentangan dengan kenyataan bahwa tidak setiap guru dapat
menggunakan metode ceramah dengan benar. Metode ceramah bergantung kepada
kualitas personalities guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur,
kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru dalam memberi penjelasan:
yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
Metode ceramah adalah suatu cara
mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru
kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan
metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir
untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan
tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.[6]
Berdasarkan definisi metode ceramah di
atas, dapat kiranya kita mendefinisikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk
interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan
secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
Berdasarkan definisi metode ceramah,
dapat dimengerti jika guru akan menjadi pusat/titik tumpuan keberhasilan metode
ceramah. Lalu lintas pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni dari guru
ke para siswa.
2.
Metode diskusi
Diskusi adalah suatu
kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau
untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan
memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang
sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.[7]
Gage
dan Berliner mengemukakan bahwa metode diskusi sungguh-sungguh terbuka atau
bervariasi pengertiannya. Ini merupakan suatu indikasi betapa sulitnya
mendefinisikan metode diskusi secara tepat.
Girlstrap dan Martin mengutarakan bawah metode diskusi merupakan suatu
kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar
pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu
masalah berdasarkan semua fakta memungkinkan untuk itu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yang membicarakan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih (dapat guru dan siswa dan siswa lain). Di
mana orang yang berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau
masalah yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan berbagai
alternatif jawaban terhadap topik yang didiskusikan.
3.
Metode tanya jawab
Metode
tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya
guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik
secara langsung antara guru.
Tujuan
yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1)
Untuk
mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
2)
Untuk
merangsang siswa berfikir.
3)
Memberi
kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
4.
Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang
sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari
penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran
siswa hanya sekadar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkrit. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan
inkuiri.
5.
Metode resitasi
Metode
tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari
itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di
sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.
Jenis-jenis
tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti,
menyusun laporan, dan tugas di laboratorium.
6.
Metode kerja kelompok
Kerja kelompok merupakan salah satu
metode belajar-mengajar yang memiliki kadar CBSA yang tinggi. Metode kerja kelompok menuntut persiapan yang jauh
berbeda bila dibandingkan dengan format belajar-mengajar ekspositori. Bagi
mereka yang sudah terbiasa dengan strategi ekspositorik, memerlukan waktu untuk
berlatih menggunakan metode kerja kelompok. Anda dapat mengkajinya melalui
pembahasan berikut ini.
Istilah kelompok dapat
diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara
keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil,
untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. Selain
itu, kerja kelompok juga ditandai oleh:
1)
Adanya
tugas bersama,
2)
Pembagian
tugas dalam kelompok, dan
3)
Adanya
kerja sama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok.
Berpijak pada pengertian kerja kelompok di
atas, maka metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format
belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang satu
dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas
belajar secara bersama-sama.
Pengertian metode kerja kelompok yang
demikian membawa konsekuensi kepada setiap guru yang akan menggunakannya.
Konsekuensi tersebut adalah guru harus benar-benar yakin bahwa topik yang
dibicarakan layak untuk digunakan dalam kerja kelompok. Tugas yang diberikan
kepada kelompok hendaknya dirumuskan secara jelas. Dalam pemakaian metode kerja
kelompok, tugas yang diberikan dapat sama untuk setiap kelompok (tugas paralel)
atau berbeda-beda tetapi saling mengisi untuk setiap kelompok (tugas
komplementer).
7.
Metode sosiodrama dan bermain peran.
Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan teknik mengajar yang banyak
kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial.
Menurut Engkoswara: metode sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan
dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan
singkat dalam tempo 4 atau 5 menit, kemudian anak
menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari
kejadian-kejadian sosial.[8]
B.
Metode Sosiodrama
1.
Pengertian
Metode Sosiodrama
Menurut Sulaiman Sahlan : Bila
ingin terwujudnya siswa yang
berhasil belajarnya baik dan kreativitas yang tinggi, maka satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan kemampuan kreativitas terutama kreativitas belajar.[9] Salah satu cara agar dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, adalah dengan menggunakan metode sosiodrama.
berhasil belajarnya baik dan kreativitas yang tinggi, maka satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan kemampuan kreativitas terutama kreativitas belajar.[9] Salah satu cara agar dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, adalah dengan menggunakan metode sosiodrama.
Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat, dan darma yang
artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah
lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan
sebagainya.
Sosiodrama adalah metode
pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan
lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.[10]
Metode sosiodrama merupakan teknik
mengajar yang banyak kaitannya dengan pendmonstrasian kejadian-kejadian yang
bersifat sosial. Menurut Engkoswara: metode sosiodrama adalah suatu drama tanpa
naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup
diceritakan dengan singkat dalam temp 4 atau 5 menit, kemudian anak
menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari
kejadian-kejadian sosial, oleh karena itu dinamakan metode sosiodrama.[11]
Metode ini sebagai prinsip
dasarnya terdapat di dalam al-Quran, di mana terjadinya suatu drama yang sangat
mengesankan antara Qabil dan Habil. Firman Allah SWT
:
* ã@ø?$#ur öNÍkön=tã r't6tR óÓo_ö/$# tPy#uä Èd,ysø9$$Î/ øÎ) $t/§s% $ZR$t/öè% @Îm6à)çFsù ô`ÏB $yJÏdÏtnr& öNs9ur ö@¬6s)tFã z`ÏB ÌyzFy$# tA$s% y7¨Yn=çFø%V{ ( tA$s% $yJ¯RÎ) ã@¬7s)tGt ª!$# z`ÏB tûüÉ)FßJø9$# ÇËÐÈ .ûÈõs9 |MÜ|¡o0 ¥n<Î) x8yt ÓÍ_n=çFø)tGÏ9 !$tB O$tRr& 7ÝÅ$t6Î/ yÏt y7øs9Î) y7n=çFø%L{ ( þÎoTÎ) Ú%s{r& ©!$# ¡>u tûüÏJn=»yèø9$# ÇËÑÈ þÎoTÎ) ßÍé& br& r&þqç6s? ÏJøOÎ*Î/ y7ÏÿùSÎ)ur tbqä3tFsù ô`ÏB É=»ysô¹r& Í$¨Y9$# 4 y7Ï9ºsur (#ätÂty_ tûüÏHÍ>»©à9$# ÇËÒÈ ôMtã§qsÜsù ¼çms9 ¼çmÝ¡øÿtR @÷Fs% ÏmÅzr& ¼ã&s#tGs)sù yxt6ô¹r'sù z`ÏB úïÎÅ£»sø:$# ÇÌÉÈ y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7t Îû ÇÚöF{$# ¼çmtÎãÏ9 y#øx. ͺuqã nouäöqy ÏmÅzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷uq»t ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& @÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓÅr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBÏ»¨Y9$# ÇÌÊÈ
Artinya : “Ceritakanlah kepada mereka kisah
kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil):
"Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya
Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". Sungguh
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali
tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku
takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu
kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan
menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang
yang zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara
orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak
menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana
seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka
Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara
orang-orang yang menyesal.”[12]
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut
dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model
pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik
yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu
dan kolektif.
Metode sosiodrama cocok digunakan
bilamana:
1)
Pelajaran
dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang
banyak berdasarkan pertimbangan didaktis
2)
Pelajaran
tersebut dimaksudkan untuk melatih agar menyelesaikan masalah-masalah yang
bersifat psikologis
3)
Untuk
melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta permasalahannya.[13]
Ada beberapa peranan sosiodrama. Berikut
merupakan deskripsi mengenai peranan sosiodrama:
1)
Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian
dan perasaan seseorang
2)
Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan
sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan
3)
Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu
keputusan
4)
Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu
sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah
mereka terjun dalam masyarakat kelak
5)
Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya
mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat
dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya
6)
Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh
siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama
yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.[14]
Keuntungan-keuntungan/kebaikan-kebaikan yang diperoleh
dengan melaksanakan metode sosiodrama :
1)
Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan
orang lain.
2)
Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan perserta didik
3)
Sosiodrama menimbulkan diskusi yang hidup.
4)
Peserta didik akan mengerti sosial psychologis.
5)
Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik.
6)
Melatih peserta didik uuntuk berinisiatif dan berkreasi.
3.
Kelemahan
metode sosiodrama
Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurang metode
sosiodrama
1)
Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan
masalah tersebut.
2)
Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan. Kehidupan dalam suatu
masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya.
3)
Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjag pasif.
4)
Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.
5)
Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan.
Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1)
Persiapan
Dalam tahap ini perlunya menentukan
pokok masalah yang akan didramatisasikan, menentukan para pemain, dan
mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita.
Masalah yang akan di dramtisasikan dipilih secara bertahap dimulai dari
persoalan yang sedrhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya
yang agak sukar dan lebih bervariasi. Pemilihan para pelaku hendaknya secara
sukarela, atau bila tidak munkin, sebaiknya guru menunjuk siswa yang dianggap
cocok memainkan peran.
2)
Permainan sosiodrama.
Setelah masalah dan pemainnya disiapkan,
diminta kepada mereka untuk mendramatisasikan masalah yang diminta selama 4 – 5
menit menurut pendapat dan inisiasitif mereka sendiri. Diharapkan dari peran
yang mereka lakukan secara spontan dapat mewujudkan jalannya cerita dan guru
hanya mengawasi atau memberikan kebebasan kepada siswa. Bila terjadi kemacetan
sebaiknya guru cepat bertindak dengan menunjuk siswa lain untuk
menggantikannya, atau siswa yang memainkan peran tersebut diberikan isyarat
agar mereka dapat membetulkan permainannya. Pelaksanaan sosiodrama ini tidak perlu
selesai dan dapat digantikan oleh siswa lainnya.
3)
Tindak
Lanjut
Sosiodrama tidak hanya berakhir pada
pelaksanaan dramatisasi, melainkan dapat dilanjutkan dengan Tanya jawab,
diskusi, kritik atau analisis persoalan. Bila dipandang perlu, siswa lainnya mengulang
kembali untuk memainkan peranan yang lebih baik jika dramatisasi yang lalu
dirasa kurang memuaskan.[15]
1)
Masalah yang dijadikan tema berita hendaknya dialami oleh sebagian besar
peserta didik-murid.
2)
Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi diri guru.
3)
Jangan terlalu banyak "disutradarai", biarkan peserta didik
mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
4)
Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan kepada baik
atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
5)
Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh guru.
6)
Sosiodrama bukanlah sandiwara atau Drama saja, melainkan merupakan peranan
situasi sosial yang ekspresi dan hanya dimainkan satu babak saja
[4] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching, Jakarta : Quantum teaching, 2005, h. 52-53
[6] Hafni
Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Quantum Teaching, 2005, h. 121
[9] Sulaiman
Sahlan, dkk, Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia, (Bandung:
Sinar Baru, 1998), H.86
[10] Depdiknas.
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta: 2008.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal, h. 23
No comments:
Post a Comment