Saturday, May 11, 2013

METODE PEMBALAJARAN



A.    Metode Pembelajaran
1.      Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam mencapai suatu tujuan maka digunakan metode yang tepat, agar sesuai dengan apa yang diharapkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Metode adalah: seperangkat acara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan dipergunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan serta pengajaran kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah dicantumkan.[1] Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak-anak agar berhasil dengan baik diperlukan metode yang tepat dan sesuai, karena metode mengajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tercapainya suatu tujuan pendidikan.
Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan metode pendidikan agama Islam antara lain:
a.       Mengingat dalam penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan materi dan perkembangan anak didik, sehingga dengan penggunaan metode yang tepat, siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
b.      Guru hendaknya benar-benar memahami dan mengerti tentang berbagai metode mengajar serta cara menggunakannya. Seorang guru yang merasa sesuai dengan metode tertentu, belum tentu cocok dengan guru yang lain. Hal ini tergantung atau dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing guru tersebut.
c.       Tiap-tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka diharapkan guru dapat memilih metode yang sesuai dengan materi yang disajikan.
d.      Dalam menyampaikan materi, hendaknya tidak memisahkan metode yang satu dengan metode yang lain, tetapi sedapat mungkin untuk dikombinasikan agar dapat saling melengkapi kekurangan dari metode-metode yang ada
e.       Dalam pemakaian suatu metode perlu diperhatikan perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran, karena metode tersebut tidak dapat dipakai seterusnya, tetapi berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan tentunya masyarakat sebagaimana telah dikatakan Zuhairini, yaitu: “penerapan metode tidak berlaku secara dinamis, untuk bisa menyesuaikan perkembangan dan dinamika itu, maka metode harus disertai oleh penelitian dan evaluasi yang dilakukan secara kontinue, dengan demikian perbaikan dan revisi dari masa ke masa tidak mungkin diabaikan.[2]
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar sangat penting dan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini Abu Ahmadi menyatakan dasar-dasar dalam pemilihan metode pengajaran agama Islam, yaitu:
1)   Sesuai dengan tujuan pengajaran agama Islam
2)   Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang tercakup dalam pengajaran agama Islam
3)   Menarik perhatian siswa
4)   Maksudnya harus dipahami siswa
5)   Sesuai dengan kecakapan guru.[3]
Dengan memperhatikan betapa pentingnya pengaruh metode mengajar dalam proses belajar mengajar, maka hendaknya para guru harus menguasainya secara terampil dalam menggunakannya.
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
2.      Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
3.      Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4.      Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
5.      Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6.      Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.[4]
2.      Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dan analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi extrinsic, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
3.      Macam-Macam Metode Pembelajaran
Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping itu juga sering didapati kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik.
Pemakaian metode harus sesuai  dan selaras  dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) di mana pengajaran berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain; tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.
 Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yakni :
a.       Metode mengajar konvensional, dan
b.      Metode mengajar inkonvensional.
Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional. Sedangkan metode mengajar inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar  dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, machine program, masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.[5]
Sedangkan metode-metode konvensional yang lazim dipakai oleh guru, antara lain :
1.      Metode ceramah
Sudah sejak lama ceramah digunakan oleh para guru dengan alasan keterbatasan waktu dan buku teks.  Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap metode ceramah sebagai metode belajar-mengajar yang mudah digunakan. Kecenderungan ini bertentangan dengan kenyataan bahwa tidak setiap guru dapat menggunakan metode ceramah dengan benar. Metode ceramah bergantung kepada kualitas personalities guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru dalam memberi penjelasan: yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.[6]
Berdasarkan definisi metode ceramah di atas, dapat kiranya kita mendefinisikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
Berdasarkan definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika guru akan menjadi pusat/titik tumpuan keberhasilan metode ceramah. Lalu lintas pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni dari guru ke para siswa.
2.      Metode diskusi
            Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.[7]
                Gage dan Berliner mengemukakan bahwa metode diskusi sungguh-sungguh terbuka atau bervariasi pengertiannya. Ini merupakan suatu indikasi betapa sulitnya mendefinisikan metode diskusi secara tepat.  Girlstrap dan Martin mengutarakan bawah metode diskusi merupakan suatu kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta memungkinkan untuk itu.
            Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yang membicarakan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa dan siswa lain). Di mana orang yang berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan berbagai alternatif jawaban terhadap topik yang didiskusikan.
3.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1)      Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
2)      Untuk merangsang siswa berfikir.
3)      Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
4.      Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkrit. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
5.      Metode resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.
Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium.
6.      Metode kerja kelompok
Kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar-mengajar yang memiliki kadar CBSA yang tinggi. Metode kerja kelompok menuntut persiapan yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan format belajar-mengajar ekspositori. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan strategi ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih menggunakan metode kerja kelompok. Anda dapat mengkajinya melalui pembahasan berikut ini.
Istilah kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok juga ditandai oleh:
1)      Adanya tugas bersama,
2)      Pembagian tugas dalam kelompok, dan
3)      Adanya kerja sama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok.
Berpijak pada pengertian kerja kelompok di atas, maka metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.
Pengertian metode kerja kelompok yang demikian membawa konsekuensi kepada setiap guru yang akan menggunakannya. Konsekuensi tersebut adalah guru harus benar-benar yakin bahwa topik yang dibicarakan layak untuk digunakan dalam kerja kelompok. Tugas yang diberikan kepada kelompok hendaknya dirumuskan secara jelas. Dalam pemakaian metode kerja kelompok, tugas yang diberikan dapat sama untuk setiap kelompok (tugas paralel) atau berbeda-beda tetapi saling mengisi untuk setiap kelompok (tugas komplementer).
7.      Metode sosiodrama dan bermain peran.
Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial. Menurut Engkoswara: metode sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam tempo  4 atau 5 menit, kemudian anak menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial.[8]

B.     Metode Sosiodrama
1.      Pengertian Metode Sosiodrama
Menurut Sulaiman Sahlan : Bila ingin terwujudnya siswa yang
berhasil belajarnya baik dan kreativitas yang tinggi, maka satu-satunya cara
adalah dengan mengembangkan kemampuan kreativitas terutama kreativitas belajar.[9] Salah satu cara agar dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, adalah dengan menggunakan metode sosiodrama.
Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat, dan darma yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.[10]
Metode sosiodrama merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendmonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial. Menurut Engkoswara: metode sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam temp 4 atau 5 menit, kemudian anak menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial, oleh karena itu dinamakan metode sosiodrama.[11]
Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat di dalam al-Quran, di mana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil. Firman Allah SWT :

* ã@ø?$#ur öNÍköŽn=tã r't6tR óÓo_ö/$# tPyŠ#uä Èd,ysø9$$Î/ øŒÎ) $t/§s% $ZR$t/öè% Ÿ@Îm6à)çFsù ô`ÏB $yJÏdÏtnr& öNs9ur ö@¬6s)tFムz`ÏB ̍yzFy$# tA$s% y7¨Yn=çFø%V{ ( tA$s% $yJ¯RÎ) ã@¬7s)tGtƒ ª!$# z`ÏB tûüÉ)­FßJø9$# ÇËÐÈ   .ûÈõs9 |MÜ|¡o0 ¥n<Î) x8ytƒ ÓÍ_n=çFø)tGÏ9 !$tB O$tRr& 7ÝÅ$t6Î/ yÏtƒ y7øs9Î) y7n=çFø%L{ ( þÎoTÎ) Ú%s{r& ©!$# ¡>u tûüÏJn=»yèø9$# ÇËÑÈ   þÎoTÎ) ߃Íé& br& r&þqç6s? ÏJøOÎ*Î/ y7ÏÿùSÎ)ur tbqä3tFsù ô`ÏB É=»ysô¹r& Í$¨Y9$# 4 y7Ï9ºsŒur (#ätÂty_ tûüÏHÍ>»©à9$# ÇËÒÈ   ôMtã§qsÜsù ¼çms9 ¼çmÝ¡øÿtR Ÿ@÷Fs% ÏmŠÅzr& ¼ã&s#tGs)sù yxt6ô¹r'sù z`ÏB šúïÎŽÅ£»sƒø:$# ÇÌÉÈ   y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7tƒ Îû ÇÚöF{$# ¼çmtƒÎŽãÏ9 y#øx. ͺuqムnouäöqy ÏmÅzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓŁr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBÏ»¨Y9$# ÇÌÊÈ  

Artinya :  “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.”[12]

Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
Metode sosiodrama cocok digunakan bilamana:
1)       Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis
2)       Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis
3)       Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.[13]
Ada beberapa peranan sosiodrama. Berikut merupakan deskripsi mengenai peranan sosiodrama:
1)      Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2)      Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan
3)      Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan
4)      Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5)      Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
6)      Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.[14]
            Keuntungan-keuntungan/kebaikan-kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan metode sosiodrama :
1)      Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
2)      Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan perserta didik
3)      Sosiodrama menimbulkan diskusi yang hidup.
4)      Peserta didik akan mengerti sosial psychologis.
5)      Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik.
6)      Melatih peserta didik uuntuk berinisiatif dan berkreasi.
3.      Kelemahan metode sosiodrama
      Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurang metode sosiodrama
1)      Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut.
2)      Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan. Kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya.
3)      Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjag pasif.
4)      Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.
5)      Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan.
            Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Persiapan
Dalam tahap ini perlunya menentukan pokok masalah yang akan didramatisasikan, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan di dramtisasikan dipilih secara bertahap dimulai dari persoalan yang sedrhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi. Pemilihan para pelaku hendaknya secara sukarela, atau bila tidak munkin, sebaiknya guru menunjuk siswa yang dianggap cocok memainkan peran.
2)      Permainan sosiodrama.
Setelah masalah dan pemainnya disiapkan, diminta kepada mereka untuk mendramatisasikan masalah yang diminta selama 4 – 5 menit menurut pendapat dan inisiasitif mereka sendiri. Diharapkan dari peran yang mereka lakukan secara spontan dapat mewujudkan jalannya cerita dan guru hanya mengawasi atau memberikan kebebasan kepada siswa. Bila terjadi kemacetan sebaiknya guru cepat bertindak dengan menunjuk siswa lain untuk menggantikannya, atau siswa yang memainkan peran tersebut diberikan isyarat agar mereka dapat membetulkan permainannya. Pelaksanaan sosiodrama ini tidak perlu selesai dan dapat digantikan oleh siswa lainnya.
3)      Tindak Lanjut
Sosiodrama tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi, melainkan dapat dilanjutkan dengan Tanya jawab, diskusi, kritik atau analisis persoalan. Bila dipandang perlu, siswa lainnya mengulang kembali untuk memainkan peranan yang lebih baik jika dramatisasi yang lalu dirasa kurang memuaskan.[15]
5.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama
1)      Masalah yang dijadikan tema berita hendaknya dialami oleh sebagian besar peserta didik-murid.
2)      Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi diri guru.
3)      Jangan terlalu banyak "disutradarai", biarkan peserta didik mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
4)      Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
5)      Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh guru.
6)      Sosiodrama bukanlah sandiwara atau Drama saja, melainkan merupakan peranan situasi sosial yang ekspresi dan hanya dimainkan satu babak saja


[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 156
[2] Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Islam, (Solo: Ramadani, 1993), h. 199
[3] Ibid, h. 104
[4] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta : Quantum teaching, 2005, h. 52-53
[5] Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h.32-33
[6] Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Quantum Teaching, 2005, h. 121
[7]  Ahmad Sabri, op. cit., h. 56
[8] Basyiruddin Usman, op. cit., h. 51
[9] Sulaiman Sahlan, dkk, Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia, (Bandung: Sinar Baru, 1998), H.86
[10] Depdiknas.  Strategi Pembelajaran dan  Pemilihannya. Jakarta: 2008. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal, h. 23
[11] Basyiruddin Usman, op.cit.,h . 51
[12] Qur’an Surat Al-Maidah ayat 27-3 1
[13] Basyiruddin Usman, op. cit., h. 51
[14]  http://www-afidz.blogspot.com/2012/01/metode-sosiodarama.html
[15] Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Bina Aksara, (Jakarta: 1984), h. 60

No comments:

Post a Comment