A. Motivasi
1. Pengertian
Motivasi
Istilah
motivasi sebenarnya banyak dipakai dalam bidang dan situasi tapi dalam uraian
ini akan lebih diarahkan pada bidang pendidikan khususnya dalam bidang
pembelajaran. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum digunakan berpangkal
dari kata ”motif” yang berarti gerakan atau sesuatu yang yang bergerak.[1]
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia motivasi diartikan antara lain sebagai berikut:
a. Dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu.
b. Usaha yang dapat
menyatakan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.[2]
Menurut
keterangan di atas motivasi merupakan pendorong atau suatu energi yang terdapat
dalam diri seseorang yang menakibatkan seseorang tersebut mau bertindak. Dengan
kata lain, motivasi adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Kata “motif” diartikan
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
diartikan sebagai daya sebagai penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata
motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.[3]
Oleh karena
itu, Motivasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
motivasi ini membuat manusia melakukan sesuatu yang bermanfaat dan berguna
untuk masa depan seseorang individu. Dengan kata lain, tujuan hidup akan
mempunyai arti yaitu suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang
kedalam bentuk aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut
istilah motivasi dirumuskan oleh para ahli antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Thomast M
Risk yang dikutip oleh Rohani, motivasi adalah usaha yang dilakukan oleh pihak
guru untuk menimbulkan motif-motif pada peserta didik untuk menunjang ke arah
tujuan belajar.[4]
b. Moh. Uzer Usman
mendefenisikan motivasi adalah Suatu proses menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.[5]
c. Silder mendefinisikan
motivasi sebagai hasrat, keiginan, dan minat yang timbul dari seseorang dan
langsung ditunjukkan kepada suatu objek.[6]
d. M.Utsman Najati menyatakan
motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk
hidup dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.[7]
e. Alex Sobur menyatakan
motivasi adalah membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.[8]
Berdasarkan
pendapat para ahli yang telah dikemukakan diatas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak, hasrat,
keinginan, maksud, kemauan, kebutuhan dan sebagainya yang terdapat dalam diri
seseorang atau siswa. Motivasi dapat mendorong dan menggerakkan siswa tersebut
dalam kegiatan belajar sebagai suatu tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Motivasi akan timbul jika ada ada sesuatu tujuan yang dicapai, semakin jelas
tujuan yang diharapkan maka semakin menyebabkan adanya perubahan tenaga yang
ada dalam diri dan aktif pada saat tertentu terutama jika kebutuhan untuk
mencapai tujuan yanhg sangat mendesak, motivasi juga dapat dikatakan
serangkaian usaha menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang itu
mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengalahkan perasaan tidak suka.
Jika dihubungkan
dengan pengertian motivasi sebagai faktor yang menyebabkan seseorang memulai
dan melaksanakan aktivitas dengan baik dan penuh ketekunan, maka Islam juga
mengisyaratkan agar umatnya dalam melakukan aktifitas adalah penuh tanggung
jawab termasuk dalam proses belajar, hal ini terlihat dalam firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an surat Al-Zalzalah ayat 7-8
فَََمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَا
لَ ذَرَّةٍ خَيْرًايَرَهُ, وَمَنْ يَعْمَلْ
مِثْقَا لَ ذَرَّةِشَرًّا يَرَهُ,
Artinya: ”Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.[9]
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia keluar
dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam yaitu terdiri dari
beberapa golongan, macam dan tingkatan
dalam hal mendapatkan kemalangan dan kebahagiaan, supaya diperlihatkan kepada
mereka pekerjan mereka. Yaitu bila baik maka akan dibalas dengan kebaikan, dan
bila buruk maka akan dibalas dengan keburukan. Adapun yang menceritakan amalan
manusia itu adalah bumi.[10]
Sedangkan di dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan
bahwa di sanalah mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan secara
adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah yakni butir
debu sekalipun, kapan dan dimanapun niscaya akan melihatnya. Dan demikian pula
sebaliknya barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji zarrah
sekalipun, niscaya akan melihatnya pula.[11]
Berdasarkan penjelasan ayat dan tafsir di
atas mengisyaratkan kepada umat dalam hal meningkatkan aktivitas dengan penuh
hati-hati dan tanggung jawab. Motivasi juga sekaligus dapat mendorong atau
memotivasi umat untuk selalu berbuat aktivitas yang baik karena setiap
aktivitas yang baik akan dibalas dengan kebaikan.
2.
Macam-macam Motivasi
Dalam
melaksanakan sesuatu kegiatan seseorang telah menyimpan keinginan dalam dirinya
atau melakukan suatu kegiatan. Ada bermacam-macam motivasi atau dorongan yang
membuat orang melakukan berbagai kegiatan, motivasi atau dorongan tersebut
sangat bervariasi sesuai dengan keiginannya.
Menurut Abu
Ahmadi dalam buku ”Psikologi Sosial” menjelaskan tentang macam-macam
motif yakni:
a. Motif Biognesis yaitu
motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan
hidupnya secara biologis
b. Motif Sosiogenesis
yaitu motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang itu berada dan berkembang
c. Motif Teogenesis
yaitu interaksi antara manusia dengan tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya
dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan
norma-norma agama tertentu.[12]
Sedangkan menurut
Abraham Maslow sebagaimana yang dikutip oleh Nana Saodih Sukmadinata membagi
keseluruhan motif yang mendorong perbuatan individu atas lima kategori yang
membentuk suatu hirarki atau tangga dari yang rendah ke yang lebih tinggi,
yaitu:
a.
Motif fisiologi yaitu dorongan-dorongan untuk
memenuhi kebutuhan jasmani seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas dan bergerak.
b.
Motif Pengamanan yaitu dorongan-dorongan untuk
menjaga melindungi diri dari gangguan baik gangguan alam, binatang, iklim
maupun penilaian manusia.
c.
Motif Persaudaraan yaitu dan kasih sayang yaitu
motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang , persaudaraan baik dengan
jenis kelamin yang sama maupun berbeda.
d. Motif harga diri
yaitu untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan, penghargaan dan penghormatan
dari orang lain, ingin mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari orang lain.
e.
Motif Aktualisasi diri yaitu manusia memiliki
potensi dan kodratnya, ini perlu perlu diaktualisasikan dan dinyatakan dalam
berbagai bentuk dan sifat. Kemampuan dan kecakapan nyata melalui berbagai
bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualisasikan semua potensi
yang dimilikinya.[13]
Menurut Zakiyah Darajdat, motivasi dibagi
menjadi dua jenis yaitu motivasi dalam diri (instrinsik) dan motivasi di luar
diri (ekstrinsik).[14] Dari berbagai bentuk
motivasi sebelumnya, bentuk motivasi instrinsik dan ekstrinsik adalah yang
paling umum dan banyak dikaji dalam
dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
a. Motivasi
Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca tidak usah ada yang
menyuruh atau mendorongnya karena ia sudah rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya.[15]
Motivasi
Instrinsik menurut Purwanto adalah ”motivasi yang timbul dari dalam diri siswa
itu sendiri”.[16]
Seseorang yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi boleh jadi gagal karena
kekurangan motivasi. Siswa yang mempunyai motivasi dapat dilihat dari aktivitas
yang dilakukannya sehari-hari seperti yang diungkapkan oleh Sardiman A.M, yaitu:
1) Tekun
menghadapi tugas
2) Ulet dalam
menghadapi kesulitan
3) Menunjukkan
minat terhadap berbagai macam masalah.
4) Lebih senang
kerja sendiri
5) Cepat bosan terhadap
tugas-tugas yang bersifat rutin.[17]
Apabila
seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu telah memiliki
motivasi yang kuat. Motivasi seperti itu sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Siswa akan berhasil baik apabila siswa tersebut tekun dalam
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah-masalah dan hambatan lainnya
secara mandiri.
Dalam hal
ini Akyas Azhari mengemukakan bahwa yang menimbulkan motivasi instrinsik sebagai berikut:
1) Adanya
kebutuhan
2) Adanya pengetahuan
tentang kemajuannya sendiri
3) Adanya
cita-cita (aspirasi).[18]
Peserta
didik memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik
yang berpengetahuan yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu, gemar belajar
adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan peserta didik yang
mempunyai motivasi intrinsik dalam rangka meraih ilmu pengetahuan. Belajar
biasanya dikonotasikan dengan membaca, membaca adalah pintu gerbang menuju
kelautan ilmu pengetahuan, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran
surat Al-Alaq
ayat 1-5:[19]
اِقْرَأْ بِا سْمِ
رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ, خَلَقَ اْلإِ نْسنَ مِنْ عَلَقٍ, اِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلاَكْرَمُ,
الَّذِيْ عَلَّمَ بِا لْقَلَمِ, عَلَمَ اْلإِنْسنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Dalam tafsir al-Maraghi
dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar bisa membaca
tersebut diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa,
melainkan setelah dilakukan berulang-ulang dan dibiasakan. Berulang-ulang
perintah Allah SWT berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca. Dengan
demikian maka membaca itu merupakan bakat dari nabi Muhammad SAW.[20]
Sedangkan dalam tafsir
Al-Azhar dijelaskan bahwa nabi bukanorang yang pandai, beliau adalah ummi
yang boleh dikatakan buta huruf, tetapi Jibril mendesaknya juga sampai tiga
kali supaya dia membaca meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat itu akan
dibacakan juga oleh Jibril kepadanya, sehingga dia dapat menghapal di luar
kepala. Dengan sebab itu, akan dapatlah ia membaca Allah SWT yang menciptakan
semuanya.[21]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perintah untuk
membaca dalam ayat di atas adalah suatu kalimat nyata yang menunjukkan bahwa
manusia disuruh mempelajari semua pengetahuan yang ada di alam ini. Jadi,
apabila umat Islam konsisten dengan ajaran ayat tersebut, maka itu dapat menjadi
motivasi baginya untuk belajar. Selain itu Islam juga memberikan penghargaan
yang tinggi kepada orang-orang yang berilmu yaitu diangkat derajatnya.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
Ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri, tindakan atau perbuatan yang didasari
oleh dorongan-dorongan yang bersumber dari luar pribadi seseorang (lingkungan)
untuk melakukan sesuatu karena adanya paksaan dari luar.[22] Jenis
motivasi ini timbul akibat sebagai akibat pengaruh individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi
yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.[23]
Motivasi ekstrinsik
juga merupakan ”hal atau keadaan yang
datang dari luar diri individu yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar”.[24]
Berdasarkan keterangan di atas Motivasi Ekstrinsik merupakan motivasi belajar
karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya,
motivasi ekstrinsik bukan berarti yang tidak diperlukan agar peserta didik mau
belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar peserta didik termotivasi
untuk belajar, guru yang berhasil dalam mengajar adalah guru yang pandai
membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.
Dengan
demikian dalam proses pembelajaran motivasi instrinsik dan ekstrinsik sangat
diperlukan sebagaimana menurut pendapat Thomburhg mengatakan bahwa antara motivasi
intrinsik dan ekstrinsik ini saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi
ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik.[25] Dengan demikian keduanya
sama-sama berfungsi sebagai pendorong manusia untuk berperilaku sempurna
berdasarkan nilai religius agama Islam sebagai penuntun arah perbuatan manusia
dan sebagai penuntun apa yang harus dikerjakan oleh manusia.
3. Fungsi
Motivasi dalam Belajar
Motivasi
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
Ditinjau dari segi proses
motivasi menurut Ramayulis berfungsi:
1. Memberi semangat dan
mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga
2. Memusatkan perhatian
anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar dan
3. Membantu memenuhi
kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.[26]
Jadi, dalam
kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan karena motivasi berfungsi sebagai
pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi peserta didik. Peserta didik yang
memiliki motivasi belajar akan bersemangat untuk menyelesaikan suatu kegiatan
sebaliknya peserta didik yang kurang mempunyai motivasi belajar terhadap suatu
pelajaran menjadi pangkal penyebab peserta didik tidak tertarik untuk melakukan
suatu aktivitas untuk belajar dengan demikian guru harus menimbulkan gairah
belajar peserta didik dengan menggunakan motivasi ekstrinsik sehingga dengan
bantuan tersebut peserta didik akan keluar dari kesulitan belajar yang
dialaminya.
Dalam
belajar sangat diperlukan adanya motivasi, karena hasil belajar akan menjadi
optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan maka makin
berhasil pula pelajaran itu sehingga tujuan dari pembelajaran mudah dicapai.
Dengan
demikian motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar
sebagaimana dijelaskan oleh Crow and Crow dalam bukunya ”Education Psikology”
yang diterjemahkan oleh Kasijan, yaitu sebagai berikut:
1. Motivasi memberi
semangat seorang pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajarnya
2. Motivasi-motivasi
perbuatan sebagai pemilih dari tipe-tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang berkeinginan
untuk melakukannya
3. Motivasi memberi
petunjuk pada tingkah laku.[27]
Sehubungan
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai berikut:
a. Motivasi mendorong
manusia untuk berbuat
b. Motivasi menentukan
arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
c. Motivasi sebagai penyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat.[28]
Selanjutnya
Martinis Yamin mengatakan fungsi motivasi adalah:
1. Mendorong timbulnya
kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu
perbuatan seperti belajar.
2. Motivasi berfungsi
sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan.
3. Motivasi berfungsi
sebagai penggerak. Artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu pekerjaan.[29]
Dari
pendapat para ahli yang menjelaskan tentang fungsi motivasi tersebut dapat
dipahami bahwa motivasi mempunyai arti yang sangat penting bagi seseorang atau
peserta didik yakni sebagai pendorong timbulnya suatu aktivitas penggerak dan
sebagai penyeleksi untuk melakukan suatu pekerjaan. Jika motivasi dalam belajar
itu baik maka akan melahirkan hasil
belajar yang baik pula dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi peserta didik.
Seorang
guru bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal
supaya mendapat hasil yang baik, keberhasilan itu tentu tergantung pada upaya
guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya. Untuk dapat
membangkitkan motivasi peserta didik diperlukan keahlian, maka seorang guru
harus terus dapat membangkitkan motivasi peserta didiknya dengan cara dan waktu
serta kondisi yang tepat.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa guru bertanggung jawab atas peserta didiknya
untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi dalam belajar agar peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena tugas guru bukan hanya
menginformasikan materi pelajaran tapi juga bertugas memperbaiki kekuatan
mental dan psikis siswa dalam belajar seperti memotivasi belajar siswa.
Motivasi merupakan penggerak bagi peserta didik untuk melakukan aktifitas
belajar. Untuk menarik perhatian dan minat siswa, guru harus dapat menggunakan
berbagai cara seperti:
1) Cara belajar
yang baik
2) Alat peraga
yang cukup
3) Interaksi yang tepat
dan humor
4) Mungkin juga dengan
menggunakan contoh yang tepat
5) Performance
guru yang menarik.[30]
Jadi
untuk menarik perhatian siswa dalam belajar guru harus menggunakan cara belajar yang baik,
menggunakan alat peraga, menggunakan contoh yang tepat yang mudah diketahui dan
dimengerti oleh siswa dan performen seorang guru pun juga mutlak diperlukan
demi menunjang proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Bentuk-bentuk Motivasi
Bentuk-bentuk
motivasi ada bermacam-macam dalam hal
ini guru harus berhati-hati dalam menumbuhan dan memberikan motivasi bagi
kegiatan belajar para anak didik. Ada beberapa bentuk untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
1. Memberi Angka
Banyak
anak-anak belajar semata-mata untuk mencapai atau mendapatkan angka yang baik, dengan
belajar segiat giatnya. Angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam
kegiatan belajarnya.[31] Angka dalam hal ini
adalah simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Angka-angka yang baik juga bagi
para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.[32]
Jika dilihat
dari pernyataan di atas, pemberian angka oleh guru merupakan suatu bentuk motivasi
bagi siswa untuk belajar. jadi, dalam hal memberikan angka guru haruslah
berhati-hati. Artinya guru harus menilai siswa secara objektif. Jangan sampai
karena ada permasalahan pribadi dengan siswa, guru seenaknya memberikan angka
yang jelek kepada siswa tersebut, padahal dalam kegiatan pembelajaran siswa
yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang baik.
2. Hadiah
Pemberian
hadiah ada pengruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Hadiah dapat berupa
barang tertentu, tetapi harus diwaspadai agar jangan sampai hadiah menjadi
tujuan belajar.[33]
Pemberian hadiah
oleh guru kepada siswa yang berprestasi merupakan motivasi tersendiri untuk meningkatkan
prestasinysa. Sedangkan bagi siswa yang lain juga akan membangkitkan motivasi
mereka untuk belajar dengan harapan mendapat hadiah sebagaiana temannya itu.
Akan tetapi, pemberian hadiah oleh guru hendaknya tidak semata-mata hanya
sampai di situ, melainkan guru juga harus mengiringinya dengan nasehat-nasehat
yang baik bahwa sebenarnya belajar itu bukan untuk hadiah. Akan tetapi untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta dapat mengamalkannya.
Hadiah
memang dapat membangkitkan motivasi apabila setiap orang mempunyai harapan
untuk mencapainya.[34] Jadi, keuletan guru dalam
membangkitkan motivasi anak melalui hadiah sangat diperlukan.
3. Saingan atau Kompetisi
Persaingan sering mempertinggi
hasil belajar, baik itu persaingan individual maupun kelompok. Akan tetapi,
persaingan banyak kelemahannya karena
cenderung menimbulkan persaingan yang tidak sehat yang lebih menonjolkan
kepentingan perorangan, mendorong superioritas dan dampak lainnya.[35]
Dengan
demikian saingan atau kompetisi ini dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan sering digunakan sebagai alat untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri, perdagangan dan juga
di sekolah.
4. Ego-Involvement
Menumbuhkan
kesadaran pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan dengan mempertaruhkan harga dirinya. Kegagalan akan berarti
berkurangnya harga diri.[36] Jadi, ego-Involvement ini
merupakan salah satu bentuk motivasi yang baik dalam proses belajar mengajar,
karena seorang siswa akan berusaha segenap tenaganya untuk mencapai hasil
maksimal guna menjaga harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Seorang siswa
akan lebih giat belajar apabila akan diadakan ulangan. Oleh karena itu, memberi
ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Akan tetapi yang perlau diingat
oleh guru adalah jangan terlalu sering mengadakan ulanga karena akan
membosankan siswa. Kemudian yang lebih penting adalah setiap akan diadakan
ulangan guru terlebih dahulu harus memberitahukan kepada siswa.
6. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui
hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk
lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa hasil belajar meningkat, maka ada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya
terus meningkat.
7. Pujian
Pujian akibat
pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik Pujian
dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk
verbal misalnya anggukan kepala, senyuman, atau tepukan bahu.[37] Supaya pujian menjadi
sebuah motivasi maka pemberiannya harus tepat. Demikian juga pujian yang tepat
dapat mengakibatkan siswa mempunyai sikap yang positif dari pada guru selalu
mengkritik dan mencela.[38] Oleh karena itu, guru
harus memberikan pujian yang tepat karena dengan adanya pujian yang tepat maka
akan membangkitkan gairah belajar siswa.
8. Hukuman
Hukuman merupakan
bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan dengan tepat
dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus paham tentang
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
Asma Hasan
Fahmi yang dikutip oleh Ramayulis menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam
perspektif pendidikan Islam, antara lain:
1. Hukuman diberikan
untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan
2. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk memperbaiki kesalahannya sebelum dipukul, dan kalaupun
dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali
3. Pendidik harus tegas
dalam melaksanakan hukuman, artinya apabila sikap keraspendidik telah dianggap
perlu maka harus dilaksanakan dan
diutamakan sikap kasih sayang.[39]
Jadi,
seorang guru memberikan hukuman kepada siswanya agar memperoleh perbaikan dari
kesalahan yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, guru harus tegas dalam
memberikan hukuman. Tegas bukan berarti dengan pukulan, tetapi dengan cara
penuh rasa kasih sayang terhadap siswanya dan pemberian hukuman itu hendaknya
bersifat positif dan mendidik.
9. Minat
Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.[40] Minat sangat erat hubungannya dengan motivasi.
Motivasi akan muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat. Proses
belajar mengajar akan berjalan dengan lancar jika disertai dengan minat. Minat
juga sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya.
Ada beberapa cara dalam
membangkitkan minat, yaitu:
a. Bangkitkan suatu
kebutuhan.
b. Hubungkan dengan
pengalaman lampau.
c. Beri kesempatan untuk
mendapatkan hasil yang baik, artinya bahan pelajaran disesuaikan dengan
kesanggupan individu.
d. Gunakan berbagai
bentuk mengajar, seperti diskusi, kerja kelompok dan sebagainya.[41]
Dengan
adanya cara untuk membangkitkan minat tersebut di atas guru dapat
memanfaatkannya sebagai alat motivasi. Untuk menggunakan suatu cara di atas
seorang guru juga harus memperhatikan
situasi dan kondisi siswa.
10. Hasrat untuk Belajar
Hasrat
untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat
untuk belajar pada diri anak berarti mereka mempunyai motivasi untuk belajar,
sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. Oleh karena itu, seorang
guru harus bisa mendorong atau membangkitkan semangat siswa agar siswa
mempunyai hasrat yang tinggi untuk melaksanakan proses pembelajaran.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui
dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting,
sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna
dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.[42]
Motivasi
selalu mempunyai tujuan, kalau tujuan itu berarti bagi anak, ia akan berusaha
untuk mencapainya. Guru harus berusaha agar anak-anak jelas mengetahui tujuan
setiap pelajaran. Tujuan yang menarik bagi anak merupakan motivasi yang terbaik.
Dengan
adanya bentuk-bentuk motivasi tersebut di atas diharapkan guru dapat
memanfaatkan beberapa cara tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Demikian
juga untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru perlu melakukan hal-hal
sebagai berukut:
1. Memperjelas tujuan
yang yang ingin dicapai siswa, dengan tujuan yang jelas membuat siswa paham ke
arah mana ia ingin di bawa
2. Membangkitkan minat
siswa dengan cara menghubungkan bahan pelajaran
yang diajarkan dengan kebutuhan siswa dan sesuaikan materi pelajaran
dengan tingkat pengalaman
3. Ciptakan suasana yang
menyenangkan dalam pembelajaran dengan mengusahakan agar kelas selamanya dalam
suasana hidup, segar, terbebas dari rasa tegang
4. Berilah pujian yang
wajar terhadap keberhasilan siswa
5. Berilah penilaian
6. Berikan komentar terhadap
hasil pekerjaan siswa, dengan cara memberikan penghargaan dan komentar yang
positif setelah siswa selesai menyelesaikan tugasnya
7. Ciptakan persaingan
dan kerja sama. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. [43]
Berdasarkan
pendapat pakar di atas menurut penulis memperjelas tujuan yang ingin dicapai
kepada siswa merupakan hal yang paling utama dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Demikian juga seorang guru harus dapat membangkitkan minat
siswa agar termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru
dapat menggunakan cara-cara di atas untuk menumbuhkan motivasi siswa belajar.
Gagne juga
menyarankan juga sejumlah cara meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus
melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran, di antaranya:
1. Pergunakan pujian
verbal. Kata-kata seperti bagus, baik, pekerjaan yang baik, yang diucapkan
segera setelah siswa melakukan tingkah laku yang diinginkan merupakan
pembangkit motivasi yang besar
2. Pergunakan tes dalam
nilai secara bijaksana
3. Bangkitkan rasa ingin
tahu siswa dan keinginanya untuk mengadakan eksplorasi
4. Untuk tetap
mendapatkan perhatian, sekali-kali guru dapat melakukan hal-hal yang luar
biasa, seperti meminta siswa menyusun soal-soal tes dan sebagainya
5. Merangsang hasrat
siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan
diterimanya bila berusaha untuk belajar
6. Agar siswa lebih
mudah memahami materi yang diajarkan, maka pergunakan materi-materi yang sudah
dikenal sebagai contoh.
7. Minta pada siswa
untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya
8. Pergunakan simulasi
dan permainan
9. Perkecil
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa,
seperti ketidaknyamanan fisik
10. Pengajar atau guru
perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah
11. Pengajar perlu
memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa. Seseorang akan dapat
mempengruhi motivasi orang lain bila memiliki sesuatu bentuk kekuasaan sosial. [44]
Dari
keterangan di atas guru dapat
menggunakan cara-cara di atas untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Karena
seorang guru harus dapat membangkitkan gairah belajar siswa, menjadikan siswa
memiliki motivasi belajar yang tinggi, bersemangat dan bersungguh-sungguh,
serta kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam dunia
pendidikan motivasi belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi
seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Karena ”motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”.[45] Oleh karena itu, motivasi
merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Dimyati dan Mujiono dalam
bukunya belajar dan pembelajaran mengemukakan beberapa faktor yang mempengruhi
motivasi belajar, yaitu:
1. Cita-cita dan Aspirasi
Anak
Anak yang terpenuhi keinginannya dapat memperbesar
kemauan dan semangat belajarnya. Sebagai contoh, cita-cita ingin menjadi pemain
bola dunia, maka ia akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku
belajarnya serta anak akan rajin berolah raga, berlari, tekun berlatih dengan
jadwal yang ditentukan.
2. Kemampuan Anak
Keinginan anak perlu dibarengi dengan kemapuan
atau kecakapan. Untuk mencapainya karena tanpa adanya kemampuan maka tujuan
yang ingin di capai tidak akan tercapai.
3. Kondisi Anak
Kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan
rohani mempengaruhi motivasi belajarnya. Seorang anak yang sedang sakit, lapar
atau marah marah akan mengganggu perhatiannya dalam belajar.
4. Kondisi Lingkungan
Anak
Lingkungan anak berarti segala sesuatu yang berada
di luar diri pribadi anak. Lingkungan ini dapat berupa keluarga, keadaan alam,
tempat tinggal dan masyarakat.
5. Unsur-unsur Dinamis dalam
Kehidupan
Maksud unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur
seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup, misalnya pergaulan dengan teman sebaya,
anggota keluarga, lingkungan anak yang sering mengalami perubahan turut
mempengaruhi belajar anak.[46]
Sedangkan
menurut Sumadi Suryabrata faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
a. Faktor yang berasal
dari luar diri pelajar diantaranya:
1. Faktor non sosial,
seperti keadaan udara, cuaca, tempat, alat yang dipakai untuk belajar.
2. Faktor sosial yaitu
faktor yang berkaitan dengan manusia dengan manusia lain di suatu kelompok masyarakat
tertentu.
b. Faktor yang berasal
dari dalam diri pelajar diantaranya:
1. Faktor fisiologis
yaitu keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani itu sendiri.
2. Faktor psikologis
seperti adanya sifat ingin tahu, mendapatkan simpati dari orang lain dan sebagainya.[47]
Berdasarkan
penjelasan di atas seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempegaruhi motivasi siswa dalam belajar karena faktor-faktor di atas sangat
berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa seperti faktor
lingkungan. Lingkungan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap motivasi
belajar anak. Oleh karena itu, Guru harus berusaha mengontrol siswanya baik itu
di dalam kelas maupun di luar kelas.
6.
Hubungan Motivasi dengan Belajar
Dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar peran guru sangat penting. Guru harus dapat melakukan
usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya
melakukan aktivitas belajar dengan baik. Karena menurut para ahli pendidikan dan
psikologi berpendapat bahwa faktor yang sangat mempengaruhi dalam belajar
adalah motivasi.[48]
Jadi Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan
menyebabkan subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu
kegiatan belajar.
Menurut Morgan
dan ditulis kembali oleh S. Nasution manusia hidup dengan memiliki berbagai
kebutuhan, diantaranya:
a. Kebutuhan untuk
berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri.
b. Kebutuhan untuk
menyenangkan orang lain.
c. Kebutuhan untuk
mencapai hasil.
d. Kebutuhan untuk
mengatasi kesulitan.[49]
Berdasarkan
pendapat ahli di atas peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan
kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar
memperoleh keunggulan. Menurut ahli ilmu jiwa dijelaskan bahwa dalam motivasi
itu ada suatu hirarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya
diantaranya sebagai berikut:
1)
Kebutuhan
fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.
2)
Kebutuhan
akan keamanan yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.
3) Kebutuhan akan cinta dan kasih, diterima dalam masyarakat
atau golongan (keluarga,
sekolah, kelompok-kelompok).
4) Kebutuhan untuk
mewujudkan diri sendiri yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil
dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.[50]
Dengan
adanya kebutuhan kebutuhan siswa di atas guru harus menghadapi tantangan untuk
membangkitkan motivasi siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan
mempertahankan perhatiannya, mengusahakan agar siswa mau mempelajari
materi-materi yang dipelajarinya. Jadi, ”motivasi
mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya belajar agama Islam tanpa
motivasi mungkin siswa kurang semangat untuk
mengikuti kegiatan belajar”.[51] Mengingat demikian
pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswanya dan menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang dapat
membangkitkan motivasi belajar.
Motivasi
belajar penting bagi siswa dan guru, bagi siswa motivasi penting untuk:
a.
Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara
semangat siswa untuk belajar
b.
Mengarahkan kegiatan belajar
c.
Menyadarkan tentang adanya pengalaman belajar dan
kemudian bekerja.[52]
Oleh karena
itu, motivasi juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pengalaman
tentang motivasi belajar para siswa
bermanfaat juga bagi guru, adapun
manfaat itu adalah:
a.
Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara
semangat guru untuk mengajar.
b.
Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di
kelas bermacam ragam, ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan
perhatiannnya ada yang bermain di samping yang bersemangat untuk belajar. Dengan
beragamnya motivasi tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi dalam mengajar.
c.
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih
diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator,
instruktor, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah. Peran paedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai
dengan perilaku siswa.
d.
Memberi peluang bagi guru”unjuk bekerja” rekayasa
paedagogis.[53]
Dari beberapa keterangan di atas motivasi guru
dan siswa yang dilakukan dalam proses belajar sebaik apapun gedung sekolah
dibangun, tenaga pengajar yang disediakan, lengkapnya alat belajar dan
lain sebagainya, tidak akan ada artinya
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika motivasi guru dan siswa tidak
ada. Untuk itu baik motivasi yang bersumber dari guru maupun dari siswa sangat
diperlukan
[1] Departemaen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), h. 756
[2] Ibid, h. 42
[3] Sardiman A. M, Op. Cit., h. 73
[7] Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi
Suatu Pengantar dalam Prespektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 132
[10] Muhammad Nasib Ar-Rifai, Kemudahan dari Allah (Ringkasan Tafsir
Ibn Katsir), Terj. Syihabbuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 1026
[11] M. Quraish Shihab, Op. Cit., h. 453
[14] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 142
[15] Sardiman A.M, Op. Cit., h. 88-89
[17] Sardiman A.M, Op. Cit., h. 82-83
[18] Akyas Azhari, Psikologi, ( Semarang: Dina Utama,1996), h. 75
[19] Deparetemen Agama RI, Op. Cit., h. 480
[20] Ahmad Tafsir Al-Maraghi, Op. Cit., h.347
[21] Hamka, Tafsir Al-Azhar,
(Jakarta: Panji Mas,1985), Cet ke-3, h. 3
[23] Chalijah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan,
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 145
[25] Elida Prayitno, Motivasi
dalam Belajar, (Jakarta: Depdikbud Dirjen P2LPTK, 1989), h. 14
[31] M. Basyiruddin Usman, Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 10
[32] Sardiman A.M, Op. Cit., h. 91
[33] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
1999), h. 120
[35] Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 120
[36] S. Nasution, Didaktik
Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 80
[37] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2002), h. 185
[38] Slameto, Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 96
[39] Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,
2002), h. 189
[40] Slameto, Op. Cit., h. 51
[41] S. Nasution, Op. Cit., h. 79
[42] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar, (Jakarta: Asdi Mahsatya, 2002), h. 125
[43] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006), h. 28
[44] Slameto, Op. Cit., h.
177-179
[45] Noehi Nasution, Materi Pokok
Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993), h. 8
[46] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 97
[48] Hasbullah Thabrani, Rahasia
Sukses Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 30
[49] S. Nasution, Op. Cit., h. 77-78
[50] Sardiman A. M, Op. Cit., h. 80
[51] Ibrahim dan Nana Saodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 28
[52] Dimyati dan Mujiono, Op. Cit., h, 85
MasyaAlloh, semoga manfaat nya banyak
ReplyDeleteThank you
ReplyDelete