A.
Akhlak
1.
Pengertian Akhlak
Secara
etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab ( اخلاق ) dalam bentuk
jama’, sedangkan mufradnya adalah khuluq ( خلق )
yang artinya budi pekerti, perangai atau tingkah laku. Akhlak menurut bahasa
berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, atau segala seseuatu yang
menjadi tabiat. Budi pekerti dalam bahsa Indonesia merupakan kata majemuk dari
kata budi dan pekerti yang berarti, kata budi berasal dari bahsa sansekerta
yang berarti sadar, sedangkan pekerti berasal dari bahasa Indonesia yang
berarti kelakuan.[1]
“Budi pekerti merupakan perilaku yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang
didorong oleh keinginan hati dan selaras dengan pertimbangan akal”.[2]
Secara
etimologi beberapa ahli menedefenisikan akhlak dengan redaksi yang berbeda,
diantaranya adalah:
a.
Al-Ghazali,
akhlak adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan terlebih
dahulu.[3]
b.
Zakiah Drajat
menjelaskan bahwa akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu.[4]
c.
Ibnu Maskawaih,
sebagaiman yang telah dikutip sidik tono, “khluq
ialah gerakan jiwa yang mendorong kea rah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pemikiran.[5]
d.
Yatimin
Abdullah, suatu kondisi atau sifat yang sudah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian. Dari sini timbulah berbagai macam perbuatan dengan spontan tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.[6]
Dari beberapa pendapat di atas bahwa yang dikatakan akhlak adalah
gambaran jiwa yang menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan, sehingga
berakhlak-tidaknya seseorang dapat dilihat dari tingkah laku atau perbuatannya.
Oleh sebab itu tingkah laku atau perbuatan seseorang merupakan cerminan
jiwanya.
Jika iman dapat diibaratkan sebuah pohon, ibadah
merupakan batang ranting dan daunya, maka akhlak adalah buahnya.[7]
Dengan kata lain iman yang kuat akan termanifestasi
oleh ibadah yang teratur yang kemudian akan membuahkan akhlakul karimah. Orang
yang memiliki akhlak yang baik dalam melakukan sesuatu selalu menyeimbangkan
anatara tiga kekuatan yang ada dalam dirinya, yaitu kekuatan berfikir, kekuatan
hawa nafsu, dan amarah. Hal ini diperkuat bahwa “akhlak karimah atau biasa juga
disebut dengan akhlak islami yakni perbuatan yang dilakukan dengan mudah,
disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam.[8]
Perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari
akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu :
1)
Perbuatan-perbuatan
itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
2)
Perbuatan-perbuatan
itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya
tekanan-tekanan yang dari luar, seperti paksaan dari orang lain yang
menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah,
dan lain sebagainya.[9]
Dengan demikian akhlak karimah ialah
perbuatan yang berdasrkan pada Al-Qur’an dan perilaku Rasulullah Saw yang
menjadi uswatun hasanah bagi seluruh manusia. Manusia haruslah berakhlak baik
karena akhlak seseorang tercermin dari kepribadiannya. Baik atau buruknya
seseorang dilihat dari akhlaknya. Maksudnya apabila seseorang berakhlak baik
maka tingkah laku dan perilakunya akan baik pula.
2.
Macam-macam
Akhlak
Secara garis
besar akhlak dibagi kepada dua macam, yaitu akhlak mahmumah dan akhlak mazmumah.
Akhlak mahmumah adalah segala tingkah
laku yang terpuji yang biasa dinamakan fadilah
(keutamaan), yang berarti sesuatu yang memberikan kemenangan. Akhlak mazmumah adalah tingkah laku, tabiat,
pernagai tercela yang dapat mendatangkan kehancuran baik terhadap diri sendir
maupun masyarakat.[10]
Akhlak mahmumah meliputi setia, pemaaf, benar, menepati janji,
memelihara kesucian diri, malu, kasih sayang, pemberani, kuat, sabar, murah
hati, damai, persaudaraan, silaturahmi, menghormati tamu, merendahkan diri,
menundukkan diri kepada Allah Swt, berbuat baik, berbudi tinggi, memelihara
kebersihan badan, selalu cendrung kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang
ada, tenang dan lemah lembut.
Akhlak mazmumah adalah egois, kikir, dusta, meminum khamar, khianat,
aniaya, pengecut, amarah, curang dan culas, mengumpat, adu domba, menipu,
dengki, dusta, berbuat kerusakan, sombong, mengingkari nikmat, homoseksual,
berzina, membunuh, makan riba, ingin dipuji, berolok-olok, mencuri dan
mengikuti hawa nafsu, boros, serta tergesa-gesa.
Yunanhar Ilyas dalam bukunya kuliah akhlak mengemukakan bahwa pembahasan
mengenai akhlak meliputi:
a.
Akhlak terhadap
Allah Swt, terdiri dari:
1)
Taqwa
2)
Cinta dan ridha
3)
Ikhlas
4)
Khauf dan raja’
5)
Tawakal
6)
Syukur
7)
Muraqabah
8)
Taubat
b.
Akhlak terhadap
Rasulullah, terdiri dari:
1)
Mencintai dan
memuliakan Rasul
2)
Mengikuti dan
menaati Rasul
3)
Mengucapkan
shalawat dan salam
c.
Akhlak
peribadi, terdiri dari:
1)
Shiddiq
2)
Amanah
3)
Mujahadah
4)
Syaja’ah
5)
Tawadhu’
6)
Istiqomah
7)
Iffah
8)
Malu
9)
Sabar
10)
Pemaaf
d.
Akhlak dalam
keluarga, terdiri dari:
1)
Birrul walidain
2)
Hak, kewajiban,
dan kasih sayang suami istri
3)
Kasih sayang
dan tanggung jawab orang tua terhadap anak
4)
Silaturahmi
dengan karib kerabat
e.
Akhlak
bemasyarakat, terdiri dari:
1)
Bertamu dan
menerima tamu
2)
Hubungan baik
dengan tetangga
3)
Hubungan baik
dengan masyarakat
4)
Pergaulan muda
mudi
5)
Ukhwah
islamiyah
f.
Akhlak
bernegara, terdiri dari:
1)
Musyawarah
2)
Menegakkan
keadilan
3)
Amar makruf
nahi munkar
4)
Hubungan
pemimpin dan yang dipimpin.[11]
Baik dan buruk dalam pendidikan etika
memperlihatkan bahwa pada perbuatan manusia, ukuran karakternya selalu dinamis
dan sulit dipecahkan. Kenyataan yang ada di dalam kehidupan, bahwa ada
perbedaan dalam melihat baik dan buruk. Namun, karakter baik dan buruk
perbuatan manusia dapat diukur menurut fitrah manusia.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa
akhlak tidak terlepas dari usaha membedakan perbuatan baik dan perbuatan buruk
serta menemukan perbuatan baik pada dir manusia sehingga manusi amampu
mengikuti aturan Allah Swt dan nilai-nilai yang terdapat dalam suatu masyarakat
dianggap baik apabila sesuai dengan Al-Qur’an sunna Nabi Muhammad Saw. Oleh
sebab itu dalam pendidikan akhlak perlu juga membahas hal-hal yang seharusnya
diperbuat dan ditinggalkan.
3.
Dasar-dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak dalam Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua
sumber pokok ini merupakan rujukan dari seluruk aktivitas ajaran Islam,
terutama pendidikan dan pembinaan terhadap remaja sebagai salah satu aspek
ajaran Islam yang harus disandarkan kepada keduanya. Rasululla Saw bersabda:
عن ما لك أن رسو ل
الله صلى الله عليه و سلم قا ل تر كت فيكم أ مر ين لن تضلوا
ما تمسكتم بهما كتا ب الله و سنة نبيه ( رواه امام مالك بن انس )
Artinya :
Dari malik Rasulullah Saw bersabda: “Aku tinggalkan
untukmu dua perkara ttidaklah kamu akan sesat selamanya. Jika kamu berpegang
teguh kepada keduanya yaitu kitabullah dan sunnah Nabi”. (H.R. Imam Malik bin Anas).
Al-Ghazali berpendapat sebagaiman dikutip oleh
Ismail Tahib bahwa dijadikan dasar pengukuran itu adalah Al-Qura’an al-Karim,
Sunnah Rasulullah Saw dan akal (ijtihad).[12] Landasan utama dari pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw
yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al-mursalah, istihsan,
dan qiyas.[13]
Al-Quran banyak mengupas tentang masalah
akhlak, mengingat betapa pentingnya unsur akhlak dalam kehidupan manusia, maka
tidak kurang dari 467 ayat dalam berbagai surat Al-Qur’an yang mengupas akhlak.[14] Diantaranya akhlak kepada orang tua, Q.S. al-Israa’ ayat 23:
4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ
Artinya : Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.[15]
Akhlak
dalam berbicara, Q.S. al-Ahzab ayat 70:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qä9qè%ur Zwöqs% #YÏy ÇÐÉÈ
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
perkataan yang benar.
Akhlak pergaulan
antara laki-laki dan perempuan, Q.S. an-Nur ayat 30:
@è% úüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 (#qÒäót ô`ÏB ôMÏdÌ»|Áö/r& (#qÝàxÿøtsur óOßgy_rãèù 4 y7Ï9ºs 4s1ør& öNçlm; 3 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqãèoYóÁt ÇÌÉÈ
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat”.
Akhlak dalam bertamu, Q.S. an-Nur ayat 27:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#qè=äzôs? $·?qãç/ uöxî öNà6Ï?qãç/ 4_®Lym (#qÝ¡ÎSù'tGó¡n@ (#qßJÏk=|¡è@ur #n?tã $ygÎ=÷dr& 4 öNä3Ï9ºs ×öyz öNä3©9 öNä3ª=yès9 crã©.xs? ÇËÐÈ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
Rasulullah Saw juga menjelaskan bahwa untuk menentukan
seorang mukmin yang mulia akan tercermin melalui akhlaknya. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw:
عن ابي هريرة رضي هلله عنه قا ل : قا ل رسول الله صلى الله
عليه وسلم : افضل المؤ منين ايما نا احسا نهم حلق ( رواه الدارمي )
Artinya: Dari abi Hurairah r.a berkata: Rasulullah Saw
bersabda: Seutama-tama orang mukmin adalah orang mukmin yang baik akhlaknya. (H.R Abd-Darimi).[16]
Dari uraian diatas, bahwa dasar utama
pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, sedangkan akal
berfungsi menjakau operasional dari konsep pendidikan didalam sumber utama.
4.
Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan sebaik-baik bentuk, sekaligus
merupakan makhluk yang paling istimewa jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk
lainnya. Perbedaan manusia dengan makhluk lain adalah terletak pada akal
budinya. Di samping itu manusi juga mempunyai perbedaan antara yang satu dengan
yang lainnya, seperti kecerdasan akalnya, tanggung jawabnya dan ilmu
pengetahuannya, serta kesanggupan manusia dalam meneliti dan memahami sesuatu.
Perbedaan dan kelakuan yang berbeda-beda itu pada prinsipnya ditentukan dan
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a.
Faktor dari
dalam (interen) yakni, naluri (insting) atau fitrah yang dibawa sejak lahir. Faktor dari dalam
yaitu:
1)
Insting
Yaitu suatu sifat yang pertama membentuk
akhlak dann tidak dapat dibiarkan begitu saja bahkan harus dididik dan diasuh
karena setiap kelakuan atau perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang
digerakkan oleh naluri instingnya. Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia
sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan, sesuai dengan hadis Nabi Saw:
عن انس : قا ل
رسو ل الله صلى الله عليه و سلم : كل مولد يولد على
الفطرة فأبواه يهودانه او ينصرانه
اويمجسانه ( رواه البخارى )
Artinya: “Dari anas : Rasulullah Saw
bersabda: setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (jiwanya), maka ibu
bapaknya yang menjadikan anaknya tersebut
Yahudi, Majusi, dan Nasrani”. (H.R.
al-Bukhary).
Berdasarkan hadis di atas dapat diketahui
bahwa manusia pada dasrnya berada dalam keadaan fitrah, orang tualah yang
berperan sebagai pengasuh utama dan yang bertanggung jawab terhadap akidah dan
akhlak anak agar memiliki sifat dan kepribadian yang mulia.
2)
Keturunan (wirotsah)
Manusia adalah akibat dari adanya keturunan.
Dari keturnan akan lahir anak-anak yang mempunyai orang tua bahkan nenek moyang
yang sudah ada jauh sebelum mereka lahir, dari sini timbullah adanya warisan
itu.
انتقال
الخصاءص من الاصول الى الفروع هو ما يسمى بالوراثة
Artinya: “Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok
(orang tua) kepada cabang (anak
keturunan) itu dinamakan wirotsah”.[17]
Manusia mendapatkan fisik dan mental mulai
dari sifat-sifat umum kepada siafat-sifat khusus, kadang-kadang anak-anak
mewarisi sebagian besar sifat orang tuanya. Sifat yang diturunkan orang tua
pada anaknya bukan sifat yang dimiliki yang tumbuh dengan matang karena
pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan melainkan sifat-sifat yang dibawa
sejak lahir.
Sifat yang bisa diturunkan kepada anak secara
garis besar ada dua macam, yaitu:
a)
Sifat jasmaniah
yakni kekuatan dan kelemahan otot dan utar saraf stau bentuk fisik dapat
diwariskan kepada anak. Orang tua yang memiliki tubuh yang tinggi akan
mewariskan tubuh yang tinggi pada anak atau cucunya
b)
Sifat rohaniah
yakni lemah atau kuatnya suatu naluri, dapat mempengaruhi tingkah laku anak,
seperti orang tua yang memeiliki kecerdasan, kesabaran dan keuletan dapat
diturunkan pada anak cucunya.[18]
Secara langsung
atau tidak langsung, ketrunan sangat mempengaruhi bentuk sikap dan tingkah laku
seorang anak yang merupakan pantulan sifat-sifat asasi oarang tuanya.
3)
Adat/kebiasaan
Adat/ kebiasaan adalah ssetiap tindakan dan tingkah laku sesorang yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Seperti berpakaian,
makan, tidur, olah raga, dan sebagainya.
العمال اذا تكرار حتى صار الاتبان سهلا سمى عا دة
Artinya: “Perbuatan manusia apbila
dikerjakan berulang-ulang sehingga menjadi mudah melakukannya itu dinamakan
adat kebiasaan”.[19]
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik-buruk yang dapat
ditangkap gejala-gejalanya sebagai berikut:
a)
Metoe mnegatasi
kebiasaan. Para filsuf di dunia timur menjelaskan kebaiasaan ialah
kesinambungan sebuah pikiran atau tindakan untuk waktu yang lama, menyebabkan
lekukan alur atau kanal yang terbentuk pada otak tindakannya menjadi sadar
otomatis, kemauannya selalu timbul untuk mengulangi perbuatan yang telah
menjadi kebiasaan. Misalnya ketika seorang mulai merokok ia masih memikirkan
tentang menyalakan korek api kemudian kemudian ia menylakan lagi tampa berfikir
lagi dan ini menjadi kebiasaan. Untuk menghentikan kebiasaan yang pertama harus
menghancurkan kebiasaan buruk itu apapun resikonya.
b)
Kekuatan
kebiasaan, adat kebiasaan itu mempunyai kekuatan yang mendekati kepada
kebiasaan yang pertama, kebiasaan yang pertama, kebiasaan yang pertama ialah
kebiasaann yang dibawa manusia sejak lahir. Kebiasaan dapat memberi bagi
pekerjaan sifat, jalan yang tertentu dalam pikiran keyakinan, keinginan dan percakapan.
Kebiasaan kekuatan ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak
pendapat-pendapat baru dan penemuan-penemuan baru.
c)
Mengubah
kebiasaan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan pola terbaik, disesuaikan
dengan unsur-unsur agama.[20]
Untuk mengubah kebiasaan dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:
1)
Berniat dengan
sungguh-sunguh dengan tidak diiringi dengan keragu-raguan.
2)
Janganlah
mengizinkan diri sendir melakukan kebiasaan buruk, apalagi menambah kebiasaan
buruk yang lainnya.
3)
Carilah waktu
yang baik untuk men-tahfidz-kan niat dan ikutilah segala gerak jiwa yang
membantu tahfidz tersebut. Kesukaran bukan dalam niat, tetapi dalam men-tahfidz-kannya.
4)
Jagalah pada
diri kekuatan penolak dan pelihara agar hidup dalam jiwa dalam menddermakan
perbuatan yang kecil-kecil setiap hari untuk mengekang hawa nafsu yang tidak
baik.[21]
Lingkungan ruang lingkup luar yang
berinteraksi dengan yang berinterakasi dengan manusia yang dapat berwujud
benda-benda seperti air, udara, bimi langit, dan matahari. Berbentuh selain
insan seperti peribadi, kelompok, institusi, sistem, undang-undang dan adat
kebiasaan. Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap
perkembangan kecerdasan. Sehingga manusia dapat mencapai taraf
setinggi-tingginya dan sebaliknya juga dapat merupakan penghambat atau penyekat
perkembangan, sehingga seseorang dapat mengambil manfaat dari kecerdasan tang
diwarisi.
Lingkungan termasuk faktor pembentuk akhlak
seseorang. Baik buruknya lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
apabila manusia berada pada lingkungan yang baik, maka ia akan menjadi manusia
yang baik. Sebaliknya, manusi ayang hidup dilingkungan tidak baik kemungkinan
dia akan menjadai manusi ayang tidak baik. Timbulnya peerbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan moral disebabkan karena pengaruh lingkungan yang tidak
menguntungkana bagi perkemabangan pribadinya.
Lingkungan ada dua jenis, yaitu:
1)
Llingkungan
Alam
Alam ialah seluruh yang ada di bumi selain
Allah. Alam dapat menjadi aspek yang mempengaruhi tingkah laku manusia.
lingkungan alam dapat menghalangi bakat seseorang. Namun alam juga dapat
mendukung untuk meraih prestasi. Sebagai contoh masyarakat yang tinggal di
gunng dan hutan, mereka akan hidup sebagai petani dan pemburu yang
berpindah-pindah.
2)
Lingkungan
Pergaulan
Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan
yang meliputi manusia seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan kantor
pemerinnthan. Lingkungan pergaulan dapat mengubah keyakinan, akal, pikiran,
adat istiadat, pengetahuan, dan akhlak. Dapat dikatakan bahwa lingkungan
pergaulan dapt membuahkan kamajuan dan kemunduran hidup manusia. dabalam masa
kemundurannya, manusia lebih bnyak dipengaruhi oleh lingkungan alam. Lingkungan
pergaulanlah yang banyak membentuk kemajuan pikiran dan kemajuan teknologi,
namun juga dapat menjadi prilaku baik dan buruk.[23]
Disini penulis menyebutkan beberapa faktor
lingkungan pergaulan yang mempengaruhi akhlak seseorang, antara lain:
1)
Lingkungan
Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial terkecil
dalam kehidupan manusia yang merupakan nit pertama. Di sinilah terbentuknya
tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu. Dasar-dasar kelakuan
pada anak tertanam sejak dari lingkungan keluarga, juga sikap hidup dan
kebiasaannya karena pada prinsipnya keluaragalah yang menjadi tumpuan utama
pembentukan kepribadian dan mental anak. Bentuk keluarga yang paling sederhana adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak-anak yang biasanya hidup dalam satu tempat tinggal.[24]
Pendidikan agama yang diterima anak akan
menjadi dasar pendidikan anak berikutnya dan merupakan sumber yang memberikan
dasar-dasar ajaran bagi seseorang. Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan
keluarga diliputi oleh rasa kasih sayang diantara anggota keluarga. Jika di
dalamnya terdapat saling percaya mempercayai dan bantu membantu dan kasih
mengasihi sesamanya. Sehingga kebahagiaan dan ketenanga dalam rumah tangga baru
bisa tercapai, apabila orang tua tidak dapat menciptakan kehidupan yang rukun
dan damai, karena kurang serasinya hubungan dalam keluarga memberi pengaruh
terhadap perkembangan anak.
Kondisi lingkungan keluarga mempunyai
nilai-nilai pada diri orang tua yang senantiasa mewrnai kepribadian anaknya,
misalkan orang yang sering meninggalkan ibadah shalat dan puasa maka anak akan
berbuat demikian pula.[25] Oleh karena itu orang tua harus mendidik anak-anaknya dan harus dimulai
dari sikap dan perbuatannya sendiri.
2)
Lingkungan
Sekolah
Sekolah sebagai lemba pendidikan formal, yang
terdiri dari guru (pendidik) dan muri-murid (anak didik).
Antara mereka sudah tentu terjadi adanya
saling hubungan, baik hubungan antar guru dengan guru, guru dengan nurid,
maupun antara murid dengan murid lainnya.
Guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam
pergaulan membawa murid-murid sebagai anak didik kearah kedewasaan,
memanfaatkan atau menggunakan pergaulan sedan hari-hari dalam pendidikan adalah
cara yang paling baik dan efektif dalam pementukan pribadi dan dengan cara ini
pulalah hilang jurang pemisah antara guru dengan murid.
Selanjutnya
tentu hubungan timbal balik juga terjadi antara siswa dengan siswa di sekolah,
dikarenakan mereka yang berada di dalam
suatu lembaga pendidikan (sekolah). Interaksi terjadi dalam proses
belajar mengajar, dalam keorganisasian maupun dalam pergaulan di luar sekolah
maupun dalam sekolah.
Penulis pikir bahwa segala sektor yang ada di
lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan dan
perkembangan anak didik, jika pengaruh yang diberikan positif maka hasilnya
akan positif pula. sebaliknya jika pengaruh yang diberikan adalah negatif maka
hasilnya akan berdampak negatif pula.
3)
Lingkungan
Masyarakat
Masyarakat merupakan temapt pergaulan sesama
manusia dan merupakan lapangana pendidikan yang luas dan meluas, yaitu hubungan
antara dua orang atau lebih yang tidak terbatas.[26] Pergaulan sehari-hari natar anak dengan anak dalam masyarakat juga ada
setaraf dan ada juga dengan yang lebih dewasa di bidang tertentu. Teguran anak
yang lebih dewasa terhadap terhadap anak yang nakal, yang jorok, yang melakukan
perbuatan berbahaya dan sebagainya.
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Dimasyarakat
terjadi hubungan antara satu dengan yang lainnya, dalam bentuk pergaulan,
masing-masing saling berinteraksi saling give and take dan bahkan
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu pembentukan akhlak seseorang
juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya. Idealnya
untuk membentuk generasi yang berakhlakkul karimah harus berada dalam
lingkungan yang baik pula. karena kondisi lingkungan masyarakat ayang beragam
amak solusinya adalah menanamkan nilai-nilai akhlak yang diberikan oleh orang
sejak usia dini, serta pengontrolan yang berksinambungan yang diberikan oleh
orang tua dalam memandu perkembangan anak-anaknya.
5.
Tujuan pendidikan Akhlak
Manusia untuk memperoleh arti hidup yang hakiki,
dimana kebahagiaan merupakan dambaan setiap orang, baik sebagai pedagang,
pegawai, petani, dan sebagainya dengan usaha dan pekerjaan masing-masing.
Tujuan akhir dari aktivitas-aktivitas manusia dalam hidup dan kehidupannya
adalah untuk mewujudkan kebahagiaan.
Tujuan pendidikan akhlak adalah sebagai
berikut:
a.
Supaya terbiasa
melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, hina,
dan tercela.
b.
Supaya hubungan
manusia dengan Allah Swt dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan
baik dan harmonnis.
Dengan membiasakan anak-anak bertingkahlaku
sopan dan baik, maka individu akan tumbuh dan berkemabng sesuai dengan tuntunan
kebenaran dan kesusilaan. Ia akan memperoleh keselamatan dan menyelamatkan orng
lain dari kehancuran moral. Sebagaiman aungkapan Al-Ghazali yang dikutip oleh
Zainuddin:
Apabila anak dibiasakan untuk mengamalkan
apa-apa yang baik serta diberikan pendidikan, maka ia akan tumbuh diatas
kebaikan tadi, ia akan selamat sentosa di dunia dan di akhirat. Kedua orang
tuanya dan pendidik akan mendapat pahalanya. Sebaliknya jika anak itu sudah
dibiasakan mengerjakan keburukan semenjak kecil dan dibisaarkan begitu saja
tanpa dihiraukan, maka akibatnya anak itu akan celaka dan rusak binasa
akhlaknya, sedang dosa utama tentulah dipikul
kepada kedua orang tuanya, pendidik yang bertanggung jawab untuk
memelihara dan mengasuhnya.[27]
Dari ungkapan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan pembinaan akhlak tersebut adalah membiasakan anak-anak berbuat
sesuai dengan aturan yang benar agar dapat tumbuh dan berkembang di atas
kebaikan pada setiap fase kehidupan yang dialaluinya.
Orang yang berkhlak karena ketakwaan kepada
Allah semata-mata, dapat menghasilkan kebaikan, antara lain:
a.
Mendapat
temapat yang baik di dalam masyarakat.
b.
Akan disenangi
orang dalam pergaulan.
c.
Akan dapat
terpelihara dari hukuman yang sifatnnya manusiawi dan sebagai makhluk yang
diciptkan oleh Allah Swt.
d.
Orang yang
bertaqwa dan berakhlak akan mendapat kemudahan dan pertolongan dalam memperoleh
keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
Dengan bekal ilmu akhlak orang dapat
mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat
menempatkan sesuatu sesuai dengan tmpatnya.
B.
Langkah-langkah Pembinaan Akhlak Menurut Pandangan Islam
Kalangan remaja dewasa ini dijangkiti oleh kebaiasaan kerusakan moral dan
etika seperti bolos sekolah, minuman kerasa, kecanduan ectasy (XTC), kokai dan
morfin, kesukaan akan judi, ditambah lagi dengan cara dan corak pergaulan
remaja yang terlebih lagi dengan lawan jenis yang semuanya berada pada kondisi
yang mengkhawatirkan. Perilaku tersebut lahir karena lepas kendali dari
nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa. Kondisi sepeti ini telah memberikan
penilian dan interpretasi yang buruk terhadap dunia pendidikan yang memunculkan
banyak pertanyaan yang mesti dijawab dengan solusi cerdas agar bisa
mengeluarkan dan membina remaja dari kekhawatiran terhadap kondisi generasi
penerus agama dan bangsa.
Remaja akan menjadi aktor utama pada dunia pedaban selanjutnya, karena itu
generasi muda (remaja) harus dibina dengan nilai-nilai agama dan budaya yang
kuat yang bintikan nilai-nilai akademik yang relevan dengan realita kemajuan
era globalisasi dewasa ini. Budaya adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju
mundurnya suatu bangsa ditentukan olek kekuatan budayanya. Keutuhan budaya
bertumpu kepada individu dan himpunan masyarakat yang memiliki kapasitas
berkemampuan mempersatukan potennsi yang ada. Perkembangan uuntuk masa yang
akan datang banyak ditentukan oleh remaja sebagai generasi penerus dan pewaris
dengan kepemilikan ruang interaksi yang jelas menjadi agen sosialisasi guna
mengerakkan kelanjutan survival kehidupan kedepannya. Kecemasan penyimpangan
perilaku kemunduran moral dan akhlak, kehilangan kendali para remaja,
sepatutnya menjadi kerisauan semua pihak. Ketahanan bangsa akan lenyap dengan
lemahnya remaja. Analisa realitas objektif menunjukkan bahwa tidak seluruhnya
remaja rusak.
Pergeseran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai agama atau pengamalan
nilai-nilai tidak komprehensif dan sistematik, melahirkan tatanan hidup
masyarakat yang tidak baik. Untuk mengatasi tatanan masyarakat yang tidak perlu
adanya jihad. Allah Swt berfirman, Q.S. al-Hajj ayat 78:
(#rßÎg»y_ur Îû «!$# ¨,ym ¾ÍnÏ$ygÅ_ 4 uqèd öNä38u;tFô_$# $tBur @yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym 4 s'©#ÏiB öNä3Î/r& zOÏdºtö/Î) 4 uqèd ãNä39£Jy tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# `ÏB ã@ö6s% Îûur #x»yd tbqä3uÏ9 ãAqߧ9$# #´Îgx© ö/ä3øn=tæ (#qçRqä3s?ur uä!#ypkà n?tã Ĩ$¨Z9$# 4 (#qßJÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qßJÅÁtGôã$#ur «!$$Î/ uqèd óOä39s9öqtB ( zN÷èÏYsù 4n<öqyJø9$# zO÷èÏRur çÅÁ¨Z9$# ÇÐÑÈ
Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah
dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama
orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim
dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia,
Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-
baik penolong.
Generasi muda Islam harus tampil dengan citra ibadahnya yang kokoh dan
serta istiqomah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Allah Swt berfirman,
Q.S. al-Hajj ayat 41:
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan.
Proses pembinaan umat dengan mengukuhkan kecintaan kepada negeri,
memperkaya potensi diri dan menjauhkan isolasi diri, dan memupuk kamandirian
sesuai bimbingan agama, amar makruf nahi munkar. Generasi kedepan wajib
digiring menjadi taat hukum dimulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga
dengan memperkokoh peran orang tua, ibu bapak dan unsur masyarakat secara
efektif dalam mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tradisi luhur dann akidah
kepada generasi yang akan datang.
Menanamkan kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban asasi
individu secara amanah, penyayang dan adil dalam memelihara hubungan harmonis
dengan alam, memperkaya warisan budaya dengan mengikuti dan mempertahankan,
istiqamah pada agama yang dianut, teguh politik, ekonomi, melazimkam musyawarah
dengan disiplin dan bijak memilih pada yang hak sebagai nilai puncak budaya
Islam yang benar. Sesuatu akan selalu indah selama benar. Ketahanan umat bangsa
terletak pada kekuatan ruhaniah keyakinan agama dengan iman taqwa dan siasah
kebudayaan. Bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa dibukakan untuk mereka
keberkatan dari langit dan bumi. Allah Swt berfirman, Q.S. al-A’raaf ayat 96:
öqs9ur ¨br& @÷dr& #tà)ø9$# (#qãZtB#uä (#öqs)¨?$#ur $uZóstGxÿs9 NÍkön=tã ;M»x.tt/ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `Å3»s9ur (#qç/¤x. Mßg»tRõs{r'sù $yJÎ/ (#qçR$2 tbqç7Å¡õ3t ÇÒÏÈ
Artinya: “Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”
Dapat dipahami bahwa kekuatan hubungan
ruhaniah spritual emosional dengan iman dan taqwa memberikan ketahanan bagi
umat, dan hubungan ini akan lebih lama bertahan daripada ubungan struktural
fungsional. Individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai iman dan taqwa
yang diapdukan dengan bekerja sam adisiplin dan gigih serta memiliki vitalitas
tinggi, berjiwa inovatif dengan motifasi yang bergantung pada Allah akan tampil
menjadi penyelesai masalah. Generasi yang ptuh kepada Allah akan berkembang
secara pasti menjadi agen perubahan, sanggup menghadapi realita baru di era
kesejagatan.
Lembaga pendidikan sebagai mesin sosial
bertujuan menggerakkan segala dimensi kehidupan kemanusiaan di segala sektor,
sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, agama, politik, dan
seluruh sektor mestinya berkembang saling terkait harmonis serasi dalam
menhasilkan suatu masyarakat idaman (khaira ummatin) melalui penjelmaan
nilai bukan pendangkalan.
Pendidikan moral generasi berkapasitas tauhid,
akhlak, penghormatan terhadap orang tua, mengenal kehidupan duniawi yang
bertaraf perbedaan, adab percakapan ditengah pergaulan, keteguhan memilih dan
mengamalkan nilami-nilai amar makruf nahi munkar, yang akan menjadi kekuatan moral.
Kuatnya iaman dan teraturnya ibadah generasi muda menjadi langkah awal menuju
ketahanan bangsa. Allah Swt berfirman, Q.S. Lukman ayat 16-17:
¢Óo_ç6»t !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5Ayöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù't $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ×Î7yz ÇÊÏÈ ¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Artinya: (Luqman
berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181]
lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Model yang dikembangkan pemurnian wawasan
fikir, kekuatan zikir, ketajaman visi, perubahan melalui ishlah dengan
mengembangkan keteladanan uswah hasanah, sabar benar kasih sayang melalui
pengamalan warisan spritual religi. Proses pembangunan sumber daya manusia
(SDM) yang mesti ditempuh, yaitu:
1.
Tahap kesadaran
tinggi ( to create the high level awareness), kesadaran tentang
perubahan dan dinamik yang futuristik. Langkahnya perlu dengan penggarapan
secara sistematik dan pendekatan proaktif mendorng terbangunnya proses
pengupayaan ( the process of empowerment).
2.
Tahap
perencanaan dengan rangka kerja yang terarah, terencana mewujudkan
kesinambungan dan minat (motvasi) dan cinta kepada iptek, keterampilan dan
pemantapan siyasah. Aspek pendidikan dan latihan adalah faktor utama
dalam pengupayaan. Konsep-konsep visi, misi, selalu terbentur dalam pencapaian
oleh karena lemahnya metodologi dalam operasional pencapaiannya. Perkembangan cyber
space, internet, informasi elektronik dan digital, walaupun kenyataannya
sering lepas dari sistim nilai dan budaya sangat cepat terkesan oleh generasi
muda yang cenderung cepat dipengaruhi oleh elemen-elemen beru yang meransang.
3.
Tahap
aktualisasi secara sistematis (the level of actualization). Bila
pendidikan ingin dijadikan modus operandus disamping ilmu terpadu dan holistik,
sangat perlu pembentukan kualitas pendidik (murabbi) yang dari awal mendapatkan
pembinaan. Pendekatan integratif dengan mempertimbangkan seluruh aspek
metodologis berasas kokoh tamaddun yang holistik dan bukab utopis.
4.
Menguatkan
solidaritas persaudaraan beralaskan pijakan iman dan adat istiadat luhur
meng-interpretasi-kan “nan kuriak iyolah kundi nan merah iyolah sago, nan
baiak iyolah budi nan indah iyolah budi” dalam upaya intensif menjauhi
kehidupan materialistis sebagaiman disebutkan dalam tambo adat Minangkabau “dahulu
rabab nan batangkai kini lagundi nan babungo, dahulu adat nan bapakai kini piti
nan paguno”.
5.
Memperkuat
kesepahaman dalam memelihara hubungan-hubungan spiritual (aqidah, keyakinan
agama) dan emosional (adat, tamaddun, istiadat luhur) dibingkai ukhwah kokoh
akan mengahsilkan energi ruhanik selama tidak dicabi-cabik pergeseran
beralihnya kedamaian kepada benci. [29]
Hal-hal yang biasa dilakukan untuk mengatasi
kenakalan remaja:
1.
Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri biasa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka
yang memperbaiki dir setelah sebelumnya gagal pada masa ini.
2.
Adanya motivasi
dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.
Kemauan orang
tua untuk membenahi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4.
Remaja pandai
memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan
siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.
Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
C.
Pembinaan
Akhlak Remaja Menurut Pandangan Islam
Dalam pembinaan
akhlak remaja, peranan keluarga sangat penting, artinya pembinaan yang
diberikan orang tua meliputi semua aspek sejak anak dalam kandungan sampai anak
lahir dan dilanjutkan ke masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Di samping itu
perlu disadari bahwa pribadi dan pembinaan akhlak itu terjadi melalui semua
pengamalan hidup melalui penglihatan, pendengaran, dan pengalaman yang
diterimanya atau pendidikan dalam arti luas.
Untuk dapat
melaksanakan upaya penyiapan remaja bagi masa depan mereka, tidak dapat
dilepaskan dari peran orang tua sebagaimana yang diungkapkan bahwa problem
terbesar remaja adalah kurangnya pengertian orang tua terhadap problem
tersebut. Orang tua seringkali membayangkan bahwa anaknya yang patuh dan
penurut tiba-tiba jadi keras kepala dan tidak mau mengindahkan perintah orang
tua lagi. Orang tua memaksa anak untuk menanggung segala tekanan dan perintah,
walupun anak telah lebih tinggi badannya dari mereka. Banyak orang tua yang
tidak mengerti perkembangan yang dilalui anaknya pada masa remaja itu.[30]
Masa remaja
adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa. Dimana anak-anak
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi
anak-anak, baik dari cara bersikap, cara berfikir, dan tingkah laku, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Di dalam Islam
pembinaan akhlak terhadap remaja dewasa ini sangat perlu menjadi perhatian
semua pihak, karena para remaja telah banyak dihinggapi kemerosotan moral atau
akhlak. Kemerosotan akhlak remaja itu disebabkan beberapa faktor :
1.
Kurang
tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap individu dalam masyarakat.
2.
Keadaan
masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik.
3.
Pendidikan
moral tidak terlaksana sebagaimana mestinya, baik di rumah tangga, sekolah,
maupun di tengah-tengah masyarakat.
4.
Suasana rumah
tangga yang kurang baik.
5.
Diperkenalkannya
secara obat-obatan dan alat-alat anti hamil.
6.
Banyak
tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran kesenian yang kurang baik yang
tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntutanan moral.
7.
Kurang adanya
bimbingan untuk mengisi waktu-waktu luang dengan cara yang baik, dan membawa ke
arah pembinaan moral.
8.
Kurangnya
organisasi atau perkumpulan yang bisa memberikan penyuluhan dan bimbingan bagi
anak-anak dan remaja.
Upaya peminaan akhlak remaja dalam mengatasi
kenakalan remaja dapat dilakukan beberapa sebagaimana yang dikemukakan oleh
Abuddin Nata sebagai berikut:
Pertama, para remaja
harus diingatkan tentang nasib masa depannya yang akan datang, masa depannya
sangat tergantung pada upaya dirinya sendiri dan bukan orang lain. Dan dengan
diinginkan itu maka para remaja akan tekun belajar, menjauhi
perbuatan-perbuatan yang dapat menghancurkan masa depannya, seperti berbuat
zina, minum-minum keras, memakai obat-obatan terlarang, berfoya-foya dan
sebagainya.
Kedua, para remaja
harus di dekatkan pada agama dengan tekanan pada iman dan taqwa kepada kepada
Allah Swt. Dimana hal ini akan dapat mengontrol remaja untuk tidak melakukan
perbuatan dosa, karena perbuatannya itu akan dimintakan pertanggung jawabannya
di akhirat nanti.
Ketiga, para remaja
harus di tantang dengan berbagai aktifitas yang sangat berguna bagi
kehidupannya di masa depan, seperti mengembangkan bakat dan minatnya,
mempelajari keahlian tertentu dan sebagainya.
Keempat, para remaja
harus diberikan contoh dan tauladan yang baik dari kedua orang tuanya, pimpinan
dan tokoh masyarakat, lingkungan sosial dan sebagainya. Dengan cara demikian
para remaja berada dalam situasi yang menyebabkan ia selalu berada dalam
bingkai perbuatan yang baik.[31]
Pembinaan akhlak yang baik dan terpuji dengan
langkah-langkah dan sikap seperti yang dikemukakan di atas harus dilaksanakan
oleh orang-orang yang mempunyai syarat, sifat-sifat dan tanggung jawab terhadap
pembinaan akhlak. Agar hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun dalam
memberikan pembinaan ini tentunya tidak mungkin
hanya sekedar memberikan pengertian, perlu diikuti oleh pembiasaan dan
latihan-latihan mengerjakan akhlak yang baik dengan harapan nanti bisa menjauhi
sifat-sifat tercela, “apabila si anak di biasakan untuk mengamalkan apa-apa
yang baik, pastilah ia di atas kebaikan dan akhirnya ia akan selamat sentosa di
dunia dan akhirat.[32]
Dalam mendidik anak pada usia remaja terutama
pada masa awal anak memasuki masa remaja yang berkisar pada usia 12-15 tahun,
orang tua harus mengambil sikap sebagai berikut:
1.
Mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja yang sedang puber dengan melakukan
pengamatan.
2.
Mengajarkan
mereka agar pergi ke masjid sejak usi kecil sehingga memiliki disiplin naluriah
dan andil yang potensial oleh lingkungan rabbaniah.
3.
Menanamkan rasa
percaya diri pada mereka dan siap mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
4.
Menyarankan
agar menjalani persahabatan dengan teman-teman yang baik.
5.
Mengembangkan
potensi mereka pada semua bidang yang bermanfaat.
6.
Manganjurkan
mereka agar terbiasa melaksanakan puasa sunnat karena hal itu dapat menjadi
perisai dari kebobrokan moral.
7.
Membuka dialog
dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.
D.
Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pembinaan Akhlak Remaja
Dalam pembinaan
akhlak remaja, peranan orang tua sangat penting sekali karena pembinaan itu
berarti pembinaan seluruh aspek dari kehidupan mereka, terutama pembinaan
pribadi yang dimulai semenjak anak lahir, bahkan semenjak dalam kandungan.
Ada beberapa
usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan akhlak remaja, yaitu:
1.
Mendidik anak
agar mampu membaca Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia
agar menjadi orang yang bertaqwa. Kemudian Al-Qur’an itu diturunkan agar dapat
dijadikan sebagai petunjuk dan pegangan untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Ajaran-ajarannya ditunjukkan kepada manusia seluruhnya,
baik kepada kaum yang masih primitif, maupun yang telah mencapai peradaban dan
kebudayaan yang tinggi. Allah Swt berfirman, Q.S. al-Baqarah ayat 2:
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. [33]
Setiap
mukmin yakin Al-Qur’an termasuk amal yang paling mulia dan akan mendapat pahala
yang berlipat ganda. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang yang
jiwanya gelisah.
Belajar
Al-Qur’an itu hendak dimulai dari kecil, mulai dari umur 5 tahun atau 6 tahun,
sebab dalam usia itu anak sudah mengenal bahasa. Kesempatan ini baik digunakan
untuk memndidik anak membaca, apalagi membaca Al-Qur’an. Memndidik anak membaca
Al-Qur’an adalah kewajiban orang tua masing-masing, walaupun kebanyakan orang
tua menyerahkan pada TPQ/TPSQ dalam rangka membina anak untuk bisa baca tulis
Al-Qur’an, namun orang tua masih dituntut untuk mengawasi anaknya.
2.
Membina
ubudiyah anak sehari-hari
Membina ubudiyah anak sehari-hari merupakan kewajiban orang tua yang harus
dilakukan sejak dini, dan kewajiban yang akan dilaksanakan itu sesuai dengan
tingkay umur dan perkembangan anak, tahap awal dimulai dengan pembiasaan, tahap
berikutnya dilakukan dengan latihan.
3.
Membina akidah
anak atau remaja
Tingkah laku yang baik adalah kunci
keberhasilan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Orang yang
berhasil dalam hidupnya adalah apabila dia mampu membina hubungan yang baik
atau kontiniu, baik horizontal maupun vertikal yang dimaksud adalah manusia
dengan Allah Swt dan hubungan manusia dengan sesama.
Najib Khalil al-Amin seperti yang dikutip oleh
Ramayulis menyebutkan bahwa dalam mendidik anak pada usia remaja, orang tua
harus mengambil sikap sebagai berikut:
1.
Mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja yang sedang puber dengan melakukan
pengamatan.
2.
Mengajarkan
mereka agar pergi ke masjid sejak usi kecil sehingga memiliki disiplin naluriah
dan andil yang potensial oleh lingkungan rabbaniah.
3.
Menanamkan rasa
percaya diri pada mereka dan siap mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
4.
Menyarankan
agar menjalani persahabatan dengan teman-teman yang baik.
5.
Mengembangkan
potensi mereka pada semua bidang yang bermanfaat.
6.
Manganjurkan
mereka agar terbiasa melaksanakan puasa sunnat karena hal itu dapat menjadi
perisai dari kebobrokan moral.
7.
Membuka dialog
dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.
Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama
hendaklah membentuk kepribadian anak, cita-cita yang tinggi dan akhlak yang
mulia. Adapun peran orang tua terhadap anaknya, Umar Hasyim mengemukakan
sebagai berikut:
1.
Memberi nama
yang baik.
2.
Berakikah pada
hari ketujuh dari hari kelahirannya.
3.
Mengkhitankan
anak.
4.
Membaguskan
akhlaknya.
5.
Mengajarkan
baca tulis Al-Qur’an.
[1]
Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam
(Akhlak Mulia), (Surabaya : Pustaka Islam, 1987), h. 25
[2]
Sidik Tono dkk, Ibadah Akhlak dalam Islam,
(Yogyakarta : Press, 2003), h. 86
[3]
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Juz III,
(Jakarta: CV Faizan, 1984),h.5
[4]
Zakiah Drajat, Pendidikan Agama Islam
dalam Keluarga dan Sekolah, (Jkarta: Ruhama, 1995), h. 10
[5]
Sidik Tono, Op. Cit, h. 23
[6]
Yatimi Abdullah, Studi Akhlak dalam
Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : Amzah,
2007),h. 4
[7] Ibid, h. 90
[8]
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-3, h. 145
[9]
Zahruddin dkk, Pengantar Tasawuf,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 7
[10]
Hamzah Yakub, Etika Islam, (Bandung :
CV Diponegoro, 1993), h. 95
[12]
Ismail Tahib, Rislah Akhlak, (Yogyakarta: Bina Usaha, tth), h. 29
[32] Muhammad Abdul Rathoni, Bimbingan untuk Mencapai Tingkat mukmin,
(Bandung: Diponegoro, 1986, h. 254
MasyaAlloh, manfaat sekali
ReplyDelete